1 Ramadhan


Sudah expect bahwa puasa akan sangat berbeda di sini. Tidak ada orang berbondong-bondong ke masjid untuk taraweh hari pertama, tidak ada yang jual jajanan jelang buka puasa, tidak ada bunyi-bunyian membangunkan sahur, jam kerja/sekolah tidak berubah, tempat makan tetap buka seperti biasa, dan tidak ada nuansa ramadhan pada umumnya. Semua berjalan layaknya bulan-bulan lainnya. Ramadhan hanya terasa di rumah dan masjid masing-masing.

Jatuhnya 1 Ramadhan pada hari sabtu adalah kebetulan yang menyenangkan karena taraweh dan sahur pertama jadi ngunduri libur tanpa perlu cuti. Ditambah lagi suhu udara di minggu ini mulai menghangat dan sudah memungkinkan untuk bersepeda dengan nyaman. Itulah yang kami lakukan, datang ke masjid Maroko dekat rumah untuk melaksanakan taraweh pertama di Belanda. Kebetulan ini salah satu masjid yang sangat support jamaah perempuan sehingga kami bisa datang bersama.


Kami datang ke masjid membawa pertanyaan yang umum ditanyakan pendatang baru: 11 atau 23. Sepertinya imam menyampaikan soal ini selepas salat isya tapi dalam bahasa Arab sehingga sulit buat saya menangkapnya. Pada akhirnya 11 it is, dengan arrangement 2 2 2 2 lalu witir 2+1. Rakaat pertama taraweh dibuka dengan alif lam mim, pertanda bahwa salat kali ini akan panjang hehe. Adzan isya pukul 20:00, semuanya selesai kira-kira 21:30, yah masih oke sebenarnya, Albert Heijn masih buka kalau perlu mampir beli kebutuhan sahur. 

Siang hari masih cukup pendek di sini. Subuh pukul 05:30 dan maghrib 18:18, jadi puasa tidak sampai 13 jam. Tapi karena lokasi jauh dari khatulistiwa dan musim panas di depan mata, akhir ramadhan nanti imsaknya maju sejam dan bukanya mundur sejam, jadi kira-kira puasanya akan jadi 2 jam lebih panjang. 

Hari terasa cepat dan tahu-tahu sudah siang. Kami siap-siap untuk jalan ke Den Haag karena di masjid Indonesia Al-Hikmah Den Haag ada pengajian dan buka bersama tiap hari Sabtu yang diselenggarakan oleh PPME (Persatuan Pemuda Muslim se-Eropa). Balik lagi karena ini weekend dan jam buka/taraweh belum terlalu malam banyak yang datang ke masjid ini. Chance ketemu kenalan di sana besar karena banyak orang Indonesia yang tinggal di Den Haag dan banyak mahasiswa karena lokasinya dekat Delft. Benar saja, meskipun tanpa janjian dengan siapapun kami ketemu beberapa kenalan dan dapat kesempatan ngobrol banyak hal sambil berbuka puasa.




Sulit buat saya menjelaskannya, tapi bacaan imam Indonesia warnanya tetap beda dengan imam Maroko atau Turki, dan ini membuat taraweh di Al-Hikmah berasa seperti salat di Jogokariyan atau Salman. Rakaatnya 2 2 2 2 dan witir 2+1 tanpa ceramah. Taraweh selesai just in time untuk kami kembali pulang sebelum kemalaman. 

Hari pertama ramadhan surprisingly terasa penuh meskipun ketika melihat ke luar jendela dan ke jalan-jalan seperti tidak ada apa-apa. Semoga kebaikan-kebaikan lain menyusul di hari-hari ramadhan berikutnya. Bagaimanapun ramadhan di Indonesia bukan hanya soal rukun puasa tapi event sosial juga, dan perbedaan besar pasti terjadi di sini. Selamat menjalankan ibadah puasa ramadhan bagi yang menjalankan. Semoga Allah SWT menerima amalan kita dan ramadhan ini mendatangkan banyak keberkahan. Barakallah & enjoy!

Salam,
Chandra

0 comments :

Post a Comment