Solstice
Selain perkara suhu, hal yang juga harus dibiasakan saat menjelang musim dingin adalah perubahan panjangnya hari. Harinya sih tetap 24 jam, maksud saya panjang siang dan malam harinya yang berubah. Pada 21 Desember nanti akan terjadi Winter Solstice yaitu hari dimana siang harinya terpendek sepanjang tahun. Menuju kesana, saat ini juga sudah terasa betapa siangnya sebentar dan malamnya lama. Sekarang ini jam 8 pagi masih gelap, sementara belum jam 5 sore sudah gelap lagi. Sungguh secara teknis ini waktu yang sangat nyaman untuk puasa. Berikut foto dengan timestamp.
Dengan waktu terbit dan tenggelamnya matahari yang agak awkward ini, kadang kita kehilangan track atas waktu. Di pagi hari rasanya tahu-tahu sudah siang jam 10 atau 11 padahal matahari baru saja keluar. Sebaliknya di sore hari rasanya sudah larut karena matahari sudah terbenam dari tadi padahal ternyata baru jam 8. Ini semua terkait dengan bagaimana bumi mengelilingi matahari, bagaimana bumi sendirinya punya kemiringan, dan pada akhirnya bagaimana musim dan iklim terbentuk.
Solstice terjadi karena kemiringan (tilt) bumi yang 23.5 derajat itu. Di Indonesia tidak terlalu terasa karena berada dekat khatulistiwa sehingga waktu terbit dan terbenamnya matahari hanya swing beberapa menit saja (terasa saat imsak / buka). Tapi di tempat dengan latitude tinggi alias jauh dari ekuator perubahannya besar. Pada bulan Juni di belahan bumi utara terjadi Summer Solstice (kebalikan winter solstice) dimana siang harinya sangat panjang, saat itu jam 3 pagi matahari sudah terbit dan baru terbenam setelah jam 10 malam di Belanda. Lalu pada bulan Desember seperti saat ini terjadi winter solstice. Gejala sebaliknya tentu terjadi di belahan bumi selatan.
Kalau dari sudut pandang kita di bumi, seolah matahari bergerak dalam 2 orientasi. Pertama dari timur ke barat yang menyebabkan adanya siang dan malam. Kedua, gerak semu matahari sepanjang tahun bolak-balik antara utara dan selatan khatulistiwa yang menyebabkan adanya musim. Tapi kita juga tahu bahwa tata surya itu sebenarnya heliosentris, artinya matahari sebagai pusat. Maka sejatinya kita (bumi)-lah yang bergerak terhadap matahari. Siang dan malam terjadi karena rotasi bumi sehingga kadang kita menghadap matahari (siang) dan kadang membelakangi matahari (malam). Sementara gerak semu matahari disebabkan revolusi bumi mengelilingi matahari dengan kecepatan 1 tahun untuk 1 putaran.
Masalahnya bumi mengelilingi matahari dalam posisi miring 23.5 derajat, membuat bagian bumi yang terpapar panas matahari secara tegak lurus/frontal selalu berubah. Dua kali dalam setahun matahari menerangi tepat di atas khatulistiwa sehingga di seluruh belahan bumi panjang siang harinya relatif segaram, ini disebut equinox (equal+night). Tapi selain di hari equinox itu titik 'hotspot' yang diterangi marahari akan bergeser ke utara dan selatan. Titik balik paling utaranya adalah lintang yang melewati Mesir, Arab Saudi, India dan Meksiko sebelum kembali lagi ke selatan. Sementara titik balik selatannya melewati Australia, Chile, dan Afrika Selatan.
Ilustrasinya ada pada gambar dari Encyclopedia Britannica di atas. Kita juga bisa praktekkan dengan senter dan bola plastik kalau mau. Kuncinya di sini adalah kemiringan 23.5 derajat itu yang menyebabkan wilayah pada latitude tinggi mengalami either tilting towards the sun atau tilting away from the sun. Tilting ini juga lah yang menyebabkan adanya musim. Matahari memengaruhi temperatur dan sirkulasi udara serta air laut yang pada gilirannya memengaruhi musim. Tapi proses ini butuh waktu sehingga biasanya ada delay antara siang terpanjang dengan suhu tertinggi serta siang terpendek dengan suhu terendah. Hari-hari terpanas biasanya terjadi di bulan Juli-Agustus, bukan Juni di mana siangnya panjang. Begitu pula puncak musim dingin terjadi pada Januari-Februari, bukan Desember saat winter solstice.
Karena durasi siang-malam yang terus berubah tiap harinya, kebiasaan orang sini dalam menyebut pagi siang sore biasanya tidak bergantung pada ada tidaknya matahari melainkan dengan pembagian jam yang relatif tetap.
06-12: ochtend
12-18: middag
18-24: avond
00-06: nacht
Maka walaupun jam 5 sore sudah gelap, orang tetap akan mengatakan goedemiddag, yang secara arti lebih ke good afternoon/midday, bukan avond (evening) apalagi nacht.
Orang juga tetap pada aktivitasnya regardless ada tidaknya cahaya matahari. Pada Desember seperti ini orang berangkat dan pulang kerja saat masih gelap. Sekarang ini saya salat 3 kali di kantor: dzuhur, ashar, dan maghrib. Padahal saat musim panas dulu hanya dzuhur saja karena ashar-nya jam 6 sore. Banyak subsidi silang, sekarang berangkat gelap pulang gelap, tapi di bulan Juni setelah pulang kerja masih punya banyak waktu sampai matahari terbenam. Saat musim dingin biaya energi naik karena heater sering nyala, tapi di musim panas biaya murah karena tidak perlu pakai pemanas. Maka banyak hal lebih make sense dihitung secara tahunan bukan bulanan: konsumsi energi, tagihan, income, subscription, dll.
Chandra
0 comments :
Post a Comment