Diaspora Nordik


Apa buku yang menurutmu sangat bagus hingga membuat kamu ingin baca semua buku dari penulis yang sama? Saya ada beberapa, salah satunya Tipping Point karya Malcolm Gladwell. Sejak itu saya baca semua bukunya yang bisa didapat di toko buku: Blink, Outliers, What the Dog Saw, David and Goliath, Talking to Strangers, The Bomber Mafia, dan tentu saja yang terakhir kemarin Revenge of the Tipping Point yang dirilis pada Oktober 2024 atau sekitar 25 tahun setelah buku pertamanya.

Revenge of the Tipping Point (ROTTP) masih banyak berbicara soal critical mass, epidemi, dan hal-hal viral. Bedanya dengan Tipping Point yang pertama, pada ROTTP ini Gladwell banyak memberikan contoh fenomena sosial yang sifatnya negatif seperti krisis opium, konflik ras, s**cide rate, coronavirus, tren perampokan bank, sampai Holocaust. Malcolm Gladwell mengingatkan bahwa mekanisme sosial yang sama dengan yang menghasilkan kesuksesan marketing bisa juga menyebabkan berbagai masalah sosial hingga kriminal.


Salah satu bahasan dalam Revenge of the Tipping Point adalah small area variation. Ada penelitian pada dokter dan rumah sakit di dua kota di Amerika. Dua kota ini sangat mirip dari segi populasi, ekonomi, dan geografis, tapi somehow dokter-dokter di dua kota ini punya cara pendekatan yang extremely berbeda ketika menangani pasien penyakit dalam. Perbedaan di kota A dan kota B ini sulit dijelaskan secara logis. Lebih mengejutkan lagi ketika ditemukan bahwa ketika ada dokter dari kota A pindah ke kota B, pendekatannya ke pasien akan berubah menyesuaikan dengan cara dokter B, walaupun itu berbeda jauh dengan yang sudah dia lakukan bertahun-tahun di A. Maka kesimpulannya yang membuat berbeda bukan orangnya melainkan tempatnya, ada overstory yang meliputi orang-orang di suatu tempat yang membuat mereka berperilaku sedemikian rupa. Kasus small area variation ini ternyata terjadi di banyak tempat di berbagai bidang.

Saya dulu amazed waktu pertama kali motoran ke BSD karena pengendaranya tertib lalu lintas banget, berhenti di belakang marka, nggak ada yang ngeblong lampu merah, dan ngegasnya sopan. Padahal itu orang-orang yang sama dengan yang berlalulintas secara semrawut di Jakarta dan Tangsel non-pengembang, ya termasuk saya juga. 

Bagaimana bisa setelah melewati pagar BSD tiba-tiba orang jadi bijak? Apakah ada tulisan 'Anda memasuki kawasan tertib lalu lintas'? Nggak, nggak ada. Yang terjadi adalah ketika orang memasuki BSD bawaannya segan mau neko-neko karena (1) lingkungan tertata rapi sehingga mengesankan di situ harus tertib dan (2) semua orang do tertib. Orang nggak ingin mencolok ndugal sendiri, orang nggak nyaman berbeda dari yang lain. Jadi yang bikin taat lalu lintas itu overstory, bukan polisi. 

Khusus untuk kasus nomnoman yang kebut-kebutan di jalanan BSD di tengah malam itu beda cerita. Dalam kasus ini yang bekerja adalah critical mass, dimana di malam hari mereka merasa jumlah mereka cukup banyak in percentage to general population (karena orang-orang lain dah pada tidur) sehingga mereka merasa bisa melakukan sesuatu. Bareng-bareng terus merasa gagah lah.

Variasi ini tidak harus tempat fisik, coba lihat perbedaan pendapat soal calon presiden kemarin di media sosial yang berbeda: twitter vs instagram vs tiktok. Pada buku ROTTP ini juga diberikan contoh bagaimana media (dalam hal ini TV) memberikan pengaruh ke masyarakat. Media tidak secara hard selling menanamkan suatu paham tapi media bekerja menyatukan orang-orang. Media menyeragamkan cara berpikir audiensnya (pertimbangan penting-tidak penting, etis-tidak etis, dll). Maka citra gemoy diterima berbeda oleh pengguna satu platform dengan platform lainnya, satu bilang lucu satu bilang blas ramasuk.

Setelah tahu soal small area variation tadi, saya jadi mikir sedikit lebih panjang kalau mau membanding-bandingkan sesuatu. Orang berkendara di Jelupang dan BSD saja bisa beda kelakuannya padahal sebelahan, orang tetanggaan saja bisa beda pandangan politiknya hanya karena channel youtube yang disubscribe beda, kok bisa-bisanya ada orang membandingkan pendidikan Indonesia dengan Nordik, atau mendukung PPN 12% dengan argumen pajak tinggi di Eropa. Ya nggak bisa lah. Populasinya beda, iklimnya beda, budayanya beda. Maka lucu aja kalau ada diaspora anyaran yang fafifu soal Indonesia harus begini begitu, lebih lucu lagi melihat tanggapan orang-orang yang nyuruh diam dan menjulukinya diaspora nordik alias norak dikit.



Chandra




Akrab


Bicara produk, Paket Akrab dari provider XL ini menurut saya salah satu yang cemerlang. Saya sudah berlangganan sejak April 2023 dan sampai saat ini masih setia menggunakannya sebagai solusi internet mobile. Kelebihan paling utama dari produk ini adalah kemudahan untuk menggunakan satu sumber kuota bagi beberapa nomor sekaligus. Itulah yang saya manfaatkan untuk mengorganisir internet untuk orang tua.

Sebenarnya saya adalah pengguna provider lain sejak SMP hingga sekarang, tapi saya sengaja beli kartu XL demi skema paket internetnya. Sekalian dipakai jadi nomor burner lah, nomor yang ditaruh dimana-mana, buat janjian COD-an, dan semacamnya. Karena ingin berlangganan paket Akrab, saya juga belikan nomor XL burner untuk bapak. Sementara ibuk sudah jadi pelanggan setia XL sejak pertama kali pakai handphone. Belakangan nomor AXIS juga bisa gabung ke Akrab karena dua provider itu satu grup.

Paket Akrab adalah skema layanan internet dari XL yang memungkinkan beberapa nomor untuk sharing satu sumber kuota data. Konsepnya seperti family subscription di platform-platform digital dimana satu orang jadi koordinator, di sini adminnya saya. Saya daftarkan nomor bapak dan ibuk untuk masuk ke dalam grup ini. Karena mau dipakai untuk 3 orang, saya pilih paket 45GB/180ribu. Sampai beberapa bulan yang lalu saya lihat opsi ini masih ada, tapi barusan saya cek offeringnya sudah berubah dan justru jadi makin murah karena sedang diskon.

Shared quota 45GB itu akan dipakai oleh 3 orang, selanjutnya masing-masing orang juga mendapat bonus setidaknya 8GB (bisa lebih) yang akan terpakai jika shared quota sudah habis. Dulu saya juga mengambil kuota internet dari sini, tapi sejak pindah saya hanya jadi organizer saja. Paket ini auto renewal tiap bulannya asal saldo mencukupi di tanggal jatuh temponya. Jika auto renewal gagal karena pulsa tidak cukup/lupa top up pengguna harus subscribe ulang dan mendaftarkan nomor-nomornya lagi, bagian ini rada pain point karena subscribe ulang oke tapi kalau bisa ya nomor yang terakhir didaftarkan masih ada tanpa perlu mengulang dari awal.

Karena saat ini hanya dipakai bapak ibuk, paket 180 ribu ini cukup untuk dipakai sebulan tanpa perlu topup atau tambahan add-on. Jadi retensi terkuat dari paket ini bukan masalah harganya, 180 ribu untuk 2 handphone menurut saya adalah harga yang bagus tapi nggak spesial juga. Justru yang paling saya suka dari Akrab adalah karena semua pengaturannya ada pada organizer sehingga orang tua tidak perlu melakukan apapun. Sesimpel beli paketan ke konter HP pun nggak perlu, tinggal menunggu nanti paketan akan terbaharui lagi. 


Kalau bisa ngasih ke orang tua tentu mulia, tapi sebagai generasi yang disebut-sebut paling tech savvy ini kita punya banyak alternatif cara untuk membantu orang tua lewat teknologi. Misalnya pasang wifi di rumah hingga handphone sudah langsung connect, langganan YouTube premium family sehingga orang tua kalau nonton bisa tanpa iklan, dan lain sebagainya termasuk paket Akrab tadi. Sebaliknya, paket Akrab ini juga bisa dipakai oleh orang tua yang anaknya beranjak dewasa dan mulai perlu handphone dan internet.

Kelebihan lain dari Akrab-nya XL adalah kemudahan untuk melakukan segala sesuatunya via app, termasuk memantau usage dan sisa kuota sehingga tahu in case perlu nambah top up. Meski begitu user experience-nya mungkin bisa ditingkatkan, tidak buruk juga tapi kadang-kadang updatenya lambat seperti sudah isi pulsa tapi di aplikasi ada jeda hingga pulsanya bertambah. Jadi biasanya saya tidak nunggu sampai menjelang jatuh tempo untuk beli pulsa, topup sejak beberapa hari sebelumnya.


Chandra

Indonesia, Ik Hou van Jou



Indonesia Ik Hou van Jou (Rayuan Pulau Kelapa)
By Anneke Gronloh

Oh Indonesia mijn geboorteland
Oh Indonesia tanah airku
Het mooiste eiland waar de zon heet brandt
Pulau yang cantik di mana matahari bersinar terang
Het zoete fruit de rijpe doerian
Buah manis, durian nan matang
Kroncong muziek en zachte gamelan
Musik keroncong dan gamelan yang lembut
Het warme land waar ik zoveel van hou
Hangatnya bangsa yang sangat aku cintai
Ik zing dit lied zo graag alleen voor jou
Aku bahagia menyanyikan ini untukmu
Omdat ik dan een beetje bij je ben
Karena dengan begitu aku merasa bersamamu
En zo mezelf verwen
Dan itu terus membayangiku

Alles wat ik weet en nooit meer vergeet
Semua yang aku tahu dan tidak pernah kulupa
Indonesia ik hou van jou
Indonesia aku cinta padamu
Mijn geboorteland prachtig palmenland
Tanah airku pulau kelapa yang indah
Indonesia ik hou van jou
Indonesia aku cinta padamu

De blije mensen en hun stille kracht
Rakyat bahagia dan kekuatan yang tenang
De rijke sawahs met hun groene pracht
Sawah hijau membentang nan megah
Waar de melati bloem het mooiste bloeit
Dimana bunga melati mekar dengan indah
En waar de klapperboom het snelste groeit
Dan dimana pohon kelapa tumbuh tinggi
Zoals de cicak lachen aan de wand
Cicak-cicak tertawa di dinding
Zo ben ik trots op mijn geboorteland
Membuatku bangga pada tanah airku
Je blijft voor altijd als ik jou bezing
Engkau abadi dan selalu ku puji
In mijn herinnering
Dalam ingatanku

Alles wat ik weet en nooit meer vergeet
Semua yang aku tahu dan tidak pernah kulupa
Indonesia ik hou van jou
Indonesia aku cinta padamu
Mijn geboorteland prachtig palmenland
Tanah airku pulau kelapa yang indah
Indonesia ik hou van jou
Indonesia aku cinta padamu

Alles wat ik weet en nooit meer vergeet
Semua yang aku tahu dan tidak pernah kulupa
Indonesia ik hou van jou
Indonesia aku cinta padamu

Solstice


Selain perkara suhu, hal yang juga harus dibiasakan saat menjelang musim dingin adalah perubahan panjangnya hari. Harinya sih tetap 24 jam, maksud saya panjang siang dan malam harinya yang berubah. Pada 21 Desember nanti akan terjadi Winter Solstice yaitu hari dimana siang harinya terpendek sepanjang tahun. Menuju kesana, saat ini juga sudah terasa betapa siangnya sebentar dan malamnya lama. Sekarang ini jam 8 pagi masih gelap, sementara belum jam 5 sore sudah gelap lagi. Sungguh secara teknis ini waktu yang sangat nyaman untuk puasa. Berikut foto dengan timestamp.



Dengan waktu terbit dan tenggelamnya matahari yang agak awkward ini, kadang kita kehilangan track atas waktu. Di pagi hari rasanya tahu-tahu sudah siang jam 10 atau 11 padahal matahari baru saja keluar. Sebaliknya di sore hari rasanya sudah larut karena matahari sudah terbenam dari tadi padahal ternyata baru jam 8. Ini semua terkait dengan bagaimana bumi mengelilingi matahari, bagaimana bumi sendirinya punya kemiringan, dan pada akhirnya bagaimana musim dan iklim terbentuk.

Solstice terjadi karena kemiringan (tilt) bumi yang 23.5 derajat itu. Di Indonesia tidak terlalu terasa karena berada dekat khatulistiwa sehingga waktu terbit dan terbenamnya matahari hanya swing beberapa menit saja (terasa saat imsak / buka). Tapi di tempat dengan latitude tinggi alias jauh dari ekuator perubahannya besar. Pada bulan Juni di belahan bumi utara terjadi Summer Solstice (kebalikan winter solstice) dimana siang harinya sangat panjang, saat itu jam 3 pagi matahari sudah terbit dan baru terbenam setelah jam 10 malam di Belanda. Lalu pada bulan Desember seperti saat ini terjadi winter solstice. Gejala sebaliknya tentu terjadi di belahan bumi selatan.

Kalau dari sudut pandang kita di bumi, seolah matahari bergerak dalam 2 orientasi. Pertama dari timur ke barat yang menyebabkan adanya siang dan malam. Kedua, gerak semu matahari sepanjang tahun bolak-balik antara utara dan selatan khatulistiwa yang menyebabkan adanya musim. Tapi kita juga tahu bahwa tata surya itu sebenarnya heliosentris, artinya matahari sebagai pusat. Maka sejatinya kita (bumi)-lah yang bergerak terhadap matahari. Siang dan malam terjadi karena rotasi bumi sehingga kadang kita menghadap matahari (siang) dan kadang membelakangi matahari (malam). Sementara gerak semu matahari disebabkan revolusi bumi mengelilingi matahari dengan kecepatan 1 tahun untuk 1 putaran. 

Masalahnya bumi mengelilingi matahari dalam posisi miring 23.5 derajat, membuat bagian bumi yang terpapar panas matahari secara tegak lurus/frontal selalu berubah. Dua kali dalam setahun matahari menerangi tepat di atas khatulistiwa sehingga di seluruh belahan bumi panjang siang harinya relatif segaram, ini disebut equinox (equal+night). Tapi selain di hari equinox itu titik 'hotspot' yang diterangi marahari akan bergeser ke utara dan selatan. Titik balik paling utaranya adalah lintang yang melewati Mesir, Arab Saudi, India dan Meksiko sebelum kembali lagi ke selatan. Sementara titik balik selatannya melewati Australia, Chile, dan Afrika Selatan.


Ilustrasinya ada pada gambar dari Encyclopedia Britannica di atas. Kita juga bisa praktekkan dengan senter dan bola plastik kalau mau. Kuncinya di sini adalah kemiringan 23.5 derajat itu yang menyebabkan wilayah pada latitude tinggi mengalami either tilting towards the sun atau tilting away from the sun. Tilting ini juga lah yang menyebabkan adanya musim. Matahari memengaruhi temperatur dan sirkulasi udara serta air laut yang pada gilirannya memengaruhi musim. Tapi proses ini butuh waktu sehingga biasanya ada delay antara siang terpanjang dengan suhu tertinggi serta siang terpendek dengan suhu terendah. Hari-hari terpanas biasanya terjadi di bulan Juli-Agustus, bukan Juni di mana siangnya panjang. Begitu pula puncak musim dingin terjadi pada Januari-Februari, bukan Desember saat winter solstice. 

Karena durasi siang-malam yang terus berubah tiap harinya, kebiasaan orang sini dalam menyebut pagi siang sore biasanya tidak bergantung pada ada tidaknya matahari melainkan dengan pembagian jam yang relatif tetap.

06-12: ochtend
12-18: middag
18-24: avond
00-06: nacht

Maka walaupun jam 5 sore sudah gelap, orang tetap akan mengatakan goedemiddag, yang secara arti lebih ke good afternoon/midday, bukan avond (evening) apalagi nacht. 

Orang juga tetap pada aktivitasnya regardless ada tidaknya cahaya matahari. Pada Desember seperti ini orang berangkat dan pulang kerja saat masih gelap. Sekarang ini saya salat 3 kali di kantor: dzuhur, ashar, dan maghrib. Padahal saat musim panas dulu hanya dzuhur saja karena ashar-nya jam 6 sore. Banyak subsidi silang, sekarang berangkat gelap pulang gelap, tapi di bulan Juni setelah pulang kerja masih punya banyak waktu sampai matahari terbenam. Saat musim dingin biaya energi naik karena heater sering nyala, tapi di musim panas biaya murah karena tidak perlu pakai pemanas. Maka banyak hal lebih make sense dihitung secara tahunan bukan bulanan: konsumsi energi, tagihan, income, subscription, dll.


Chandra

After Storms


I changed company a couple of times so far and most of them happened around the middle of the year. Not that I tried to abuse 'notice after THR' trick, it's just happened quite often that I had contact with some recruiters around March, then having interview during Ramadhan, and sign the deal just before lebaran. I was once doing interview in rest area while travel for mudik.

Joining around the same time of the years multiple times means going the same onboarding pattern over and over again. First month is just trying to remember people's name. Second and third month starting to understand what needa to be done, what is the expectation, and how thing works. Then after that the real works began.

So it's usually around October when honeymoon period is over, people start expecting something from you, tickets are piling, and many things are coming at your direction. At this point I haven't really understand the whole thing yet but already need to get them done. The fact that this pattern comes couple of time already doesn't make me free from those anxiety and sleep difficulty.

But that too shall pass, now we're on December after stormy Oct and Nov. December is the month where everythings feels slowing down especially here in the Netherlands. People are taking vacation, management announced freeze period,  and holiday gitfs are handed out. Surely we got parcel on the end of the year, unlike in Indonesia where it is on lebaran. But the thing thay I'm very grateful for is when my manager gave me this note.


A personalized handwritten shout out on December make up for all the hardwork during the previous months. Yes she gave everyone a shout out, but still this one boost my confidence and make me feels that I belong here. This is something similar to getting 46/51 score one the first Matematika 1A midterm back in TPB. Figure that make me believe I can survive S1 ITB.

Speaking about TPB, in those years October was also a stormy months because we, first year people, need to go to the campus EVERY SATURDAY morning for UTS as we have neither dedicated UTS week nor minggu tenang, also there's not enough room to accomodate all TPBers to take the tests during workdays.


One more thing about this holiday parcel, I noticed that there's no christmas greeting on it, instead it's celebrating holiday. I am not sure if it is company's way to appreciate diversity or generally a Dutch culture. Eitherway it's a good touch eventhough we (me and an Indian colleague) has said in a chit chat that it's not a problem for us if you guys celebrate christmas, there are also Christian in our country celebrating it. 


Chandra

Sembilan Tahun


Sembilan tahun umur blog ini, banyak perubahan terjadi seiring pergantian fase hidup saya. Blog ini dulu dipakai untuk upload segalanya sebelum eranya instagram story. Lalu ada masanya blog ini dipakai untuk impress people, hanya menulis yang keren-keren dan cool (menurut standar saat itu). Pernah juga blog ini coba dimonetisasi walaupun hanya sebentar karena iklannya terlalu mengganggu, tidak sebanding dengan adsense yang didapatkan. Sempat juga blog ini diusahakan untuk menunjang karir profesional, karena itu juga rela memakai domain berbayar.


Ada kalanya saya berusaha menulis mengikuti kaidah SEO agar traffic naik. Kadang-kadang juga terpengaruh penulis yang sedang saya ikuti atau bacaan yang sedang saya baca, misalnya ingin sedikit komedi seperti Agus Mulyadi atau filosofis-romantis ala penulis-penulis muda yang naik daun beberapa tahun yang lalu. Ada juga pengaruh dari blog kanan kiri yang saling memengaruhi dan muncul di waktu-waktu tertentu. Kini saat ada di posisi yang cukup unik karena tinggal di luar negeri, ada dorongan untuk menulis gaya influencer yang informatif menceritakan segala aspek kehidupan di sini. Ya yang paling memungkinkan untuk saya memang lewat tulisan. Dengan penampilan yang kurang kamera friendly, aksen yang medok, dan bawaan minim percaya diri, jelas tidak cocok kalau mau memproduksi konten-konten visual. Mungkin nanti akan ke sana, tapi sekarang tipis-tipis dulu karena masih banyak sekali hal yang saya belum tahu. Sebisa mungkin jangan terjebak dunning-kruger.

Yang penting buat saya saat ini dan tidak berubah dari dulu adalah blog ini saya anggap sebagai health check, artinya kalau saya masih ngepost berarti saya baik-baik saja, masih up and running. Setiap tulisan bisa beda-besa intensi dan maksudnya, tapi kesemuanya adalah beacon yang memancarkan pesan 'hey aku di sini dan baik-baik saja'. Tidak selalu tulisan keluar dengan mudah dari kepala ke jari lalu ke layar, kadang-kadang harus sedikit dipaksa. Tapi karena sudah jadi seperti kebiasaan rasanya ada yang kurang kalau belum nulis dalam waktu lama. Secara teknis saya pindah dari menulis di laptop jadi menulis di handphone karena lebih praktis dan mudah dilakukan di mana saja: di kereta, sambil nunggu bis, sebelum tidur, dll.

Motivasi lain yang membuat saya keep going menghidupi blog ini adalah karena mendengar sebuah nasehat yang bunyinya kira-kira begini: di umur 25-30an sebaiknya punya setidaknya satu aktivitas yang dilakukan rutin tapi tidak bermotif finansial. Nasehat itu satu segmen dengan anjuran olahraga 150 menit per minggu, minum air putih, dan jangan begadang. Intinya nasehat dari orang umur 40an pada orang yang memasuki umur 25-30an. 

Kalau saya jago main musik mungkin saya akan jamming bikin-bikin lagu walaupun tidak untuk dirilis. Kalau saya jago gambar mungkin hobi saya gambar-gambar kartun di ipad. Balik lagi karena saya tidak jago keduanya, sepertinya nulis adalah hal paling mungkin dijadikan kebiasaan (dan paling murah untuk memulai). Waktu mulai dulu saya tidak mengira bisa betah mempertahankan blog ini sampai bertahun-tahun. Tentu makin kesini makin eman kalau mau berhenti. Ke depan cara dan gaya menulis saya tentu akan berubah terus dan yang lampau jadi tampak wagu (padahal saat ditulis terasa keren). Let's see seperti apa jadinya.


Chandra




Saling Menjaga


Nah, this is a banger. Baru beberapa hari yang lalu bicara soal Letto, hari ini saya nemu hidden gem yang benar-benar hidden. Lagu ini bahkan tidak dirilis secara resmi, tidak ada di streaming platform, tidak ada di music list instagram, hanya ada di youtube diupload oleh fans. 


Yang terjadi biarkanlah saja tuk menjadi
Yang menjadi jangan ada untuk disesali
Kau tahu semua ini datang dari mimpi
Sebuah mimpi yang sejak lama kita hidupi

Yang terjadi adalah bagian dari cerita
Yang terjadi bisa malah membuat kita terjaga
Tak perlu kau menunjukkan jarimu ke muka
Sebelum sama-sama bisa untuk berkaca

Renungkanlah..
Setelah semua badai yang berhembus telah reda
Tertinggallah kita yang semakin dewasa
Setelah semua badai yang terjadi tlah tiada
Tertinggallah diriku dan dirimu saling menjaga

Yang terjadi adalah bagian dari cerita
Yang terjadi bisa malah membuat kita terjaga
Tak perlu kau menunjukkan jarimu ke muka
Sebelum sama-sama bisa untuk berkaca

Renungkanlah..
Setelah semua badai yang berhembus telah reda
Tertinggallah kita yang semakin dewasa
Setelah semua badai yang terjadi tlah tiada
Tertinggallah diriku dan dirimu saling menjaga

Kalau kata Ibou Konate: a cote de la difficulte est, certes, une facilite


Langkah



Hanya dalam 5 bulan, sepatu sudah tepos seperti ini. Sepatu ini saya beli di Jakarta 3 hari sebelum berangkat ke Belanda. Jadi praktis baru saya pakai di sini. Keadaan memaksa orang banyak jalan kaki, dan itu terlihat dari kenaikan jumlah langkah harian saya sejak Juli. Di awal tahun rata-rata saya jalan 3000 langkah per hari, sementara pada Juli-September sampai lebih dari 8000. Oktober-November agak turun karena suhu sudah semakin dingin jadi frekuensi jalan di luar agak berkurang. Meski begitu angkanya tetap lebih dari 6000 secara rata-rata. Ini natural langkah harian saja tanpa motif olahraga.
Rekor langkah terbanyak terjadi di 18 Agustus yang sampai 19000 langkah saat jalan-jalan ke Leiden. Ada beberapa hari lain yang sampai di atas 15 ribu. Mostly aktivitas saya ter-record, tapi ada beberapa yang tidak karena handphone mati atau tidak dibawa, saya belum pakai smartwarch sampai saat ini. Ketika ngegym handphone saya taruh jadi aktivitas di treadmill tidak di hitung. 

Saya punya dua sepatu yang sering dipakai. Satu dari Indonesia yang saya foto di atas, satu lagi beli sepatu lari di sini. Sekedar sepatu harga €35 karena saya masih belum mau invest barang mewah untuk lari, beli di semacam Sport Station-nya sini. Jadi andai sepatu dari Indonesia ini jadi satu-satunya yang saya pakai, ausnya bisa lebih parah lagi. 

See, uppernya masih bagus karena memang masih baru, tapi gaya hidup jalan kaki yang hardcore ini memang makan outsole dan bagian belakangnya itu.


Chandra

Fatwa Hatimu


Ah pick me banget mosok band favorit Letto.
Ah itu mah dumeh sama-sama dari Jogja.
Alah si paling maiyahan.

Yaa tentu nggak juga kalau saya cuma dengar Letto, saya pastinya growing up bersama Peterpan dan Radja juga jaman-jaman itu. Letto justru baru saya sadari karyanya bagus setelah beranjak dewasa. Gimana bisa bikin lagu dengan lirik seperti ini tapi nggak dianggap lagu religi.

Teringat ku teringat
Pada janji-Mu ku terikat
Hanya sekejap ku berdiri
Kulakukan sepenuh hati
Peduli ku peduli
Siang dan malam yang berganti
Sedihku ini tak ada arti
Jika Kau-lah sandaran hati
(Sandaran Hati)

Penggalan lirik itu bisa dianggap lagu cinta-cintaan biasa (dan itu yang saya rasa dulu). Tapi seiring berjalannya waktu justru lebih pas kalau -Mu dan Kau- nya dalam huruf besar. Banyak musik 2000an yang masih enak didengar sampai sekarang, seperti intronya Mimpi Yang Sempurna atau bagian solo gitarnya Manusia Biasa. Sayangnya kebanyakan lagu-lagu itu liriknya terasa cringe kalau didengar dan dibaca sekarang. Itulah yang menurut saya beda dari Letto, liriknya age well, makin tua tidak jadi cringe tapi malah makin enak dirasakan.

A soft summer rain
A smile that hides a pain
Why should you be ashamed
'Cause in every life a little rain must fall
(Truth, Cry, and Lie)

Di jaman itu tidak banyak musisi atau band Indonesia yang merilis lagu dalam bahasa asing karena 'tekanan' label. Beda dengan sekarang yang semua bisa merilis sendiri/indie sehingga variasinya sangat beragam. Dulu satu Melayu ya Melayu semua. Letto satu dari beberapa yang bisa agak melenceng, dan melencengnya sampai sekarang. Misalnya dengan mengeluarkan lagu berbahasa Jawa berjudul Kangen Deso ini. Pada 2010 vokalis Letto memproduseri film berjudul Minggu Pagi di Victoria Park, lagu ini bisa dibilang 'versi musik' dari film tersebut.

Jroning rasa tan kuwowo [dalam hati tak kuasa]
Kangen marang kluwargo [kangen pada keluarga]
Lungo adoh saka ndeso [pergi jauh dari desa]
Golek sandang lan boga [mencari pakaian dan makan]
(Kangen Deso)

Elingo sliramu marang [ingatkah engkau kepada]
Embun enjang kang prasaja [embun pagi bersahaja]
Nemoni sliramu [yang menemanimu]
Tumekaning cahyo [sebelum cahaya]
(Sebelum Cahaya - live version)

Tentu saya juga mengerti Letto tidak bisa disejajarkan dengan legend macam Dewa atau Sheila On 7. Sheila tetap jadi top of mind ketika bicara grup band Jogja, arguably band Jogja pertama yang bisa menembus Jakarta dan panggung internasional. Hanya ada beberapa hits dari Letto yang semua orang tahu seperti Sebelum Cahaya dan Ruang Rindu (jadi sangat terkenal karena dipakai soundtrack sinetron). Tapi banyak hidden gem di album-album Letto yang tidak terlalu banyak didengarkan tapi kalau didalami liriknya seperti keluar dari buku bukan album lagu.

Rasa kehilangan hanya akan ada
Jika kau pernah merasa memilikinya
(Memiliki Kehilangan)

Far too many emotions 
That taint my soul
Before my faith
And often I drown in the moment
When in the end they are ephemera
(Ephemera)

Meskipun banyak dari kalimat-kalimatnya bersayap, tidak semuanya lantas bernuansa sendu. Beberapa menghangatkan hati dan bisa dipakai untuk menyampaikan pesan pada yang tersayang. 

Tapi saat ku merasa sepi
Desir angin pun tak menemani hati
Tapi saat ku tak punya mimpi
Hanya engkau (Engkau) yang selalu memberikan arti
(Tapi Saat)

Ku tahu mawar tak seindah dirimu
Awan tak seteduh tatapanmu
Tapi kau tahu yang kutunggu
Adalah senyumanmu
(Senyumanmu)

Tentang kita dan tentang cinta
Tentang janji yang kau bawa
Jika nanti saat kau sendiri
Temukanku di fatwa hatimu
(Fatwa Hati)


Sekian corat-coret malam minggu saya sebagai top 0.6% Letto listener in 2024 on YouTube Music. Rasanya dengan statistik seperti itu saya sudah boleh self-proclaim sebagai Pletonic hahaha. Ambil baik-baiknya saja.


Chandra