75 Euro Setahun


Sebelum berangkat kemarin bapak meminta saya untuk membagikan kontak teman yang ada di Belanda, sebagai semacam kontak darurat lah. Saya berikan screenshot profil instagram dua teman dekat yang saat ini ada di sini. Satu adalah teman sekelas di kuliah sekaligus teman satu kos yang kini sedang menempuh PhD di TU Delft. Dia sekaligus satu-satunya teman yang sudah saya beri tahu soal kepindahan saya sejak sebelum berangkat. Kebetulan dia juga sudah berkeluarga sehingga banyak hal yang bisa kami tanya mulai dari tempat tinggal, kebutuhan dapur, baju, hingga urusan administrasi. 

Kontak kedua adalah teman satu SMP-SMA yang sedang mengambil S2, sama di TU Delft juga. Saya berikan kontaknya karena kami sudah kenal lama dan akrab, pernah sama-sama di Bandung juga, dan adik saya kenal orangnya. Saya pikir dia baru memasuki tahun ke dua kuliah sehingga setidaknya masih akan di sini satu tahun lagi, ternyata dia lulus tahun ini dan saat saya tiba di Belanda kemarin dia sedang sibuk mempersiapkan ujian arsitekturnya. Setelah selesai ujian dan punya waktu senggang akhirnya kami berkesempatan ketemu di sebuah museum di Leiden: Naturalis Biodiversity Center.


Museum adalah atraksi yang sangat diminati masyarakat lokal maupun wisatawan di Belanda. Pemerintah juga sangat baik dalam memfasilitasi dengan menjaga kualitas museum dan mengadakan sistem subscription untuk museum di sini. Jadi dengan membayar 75 euro, kita akan mendapat museumkaart yang dapat digunakan untuk masuk ke 450+ museum di seluruh Belanda, unlimited. Ini jauh lebih murah daripada membeli tiket harian dimana harganya antara 10-20 euro sekali masuk. Museumkaart dikombinasikan dengan OV-Chipkaart weekend-vrij (kartu transportasi umum berlangganan) adalah kombo sempurna untuk weekend berkualitas dengan harga terjangkau.

Informasi dan pemesanan museumkaart dapat dilihat di museum.nl. Setelah dipesan kartu akan tiba di alamat kita dalam beberapa hari kerja. Jika kita perlu kartu segera karena besok mau ke museum padahal sekarang sudah jumat misalnya, kita bisa membeli kartu temporary secara on the spot di museum tertentu (listnya cek link di atas juga). Jadi jangan khawatir ketika berangkat ke museum belum punya kartunya karena tetap bisa beli di hari yang sama sekalipun. 

Tapi kartu sementara ini hanya berlaku selama 31 hari dan hanya bisa digunakan untuk masuk museum maksimal 5 kali, sebelum masa berlaku habis kartu harus sudah didaftarkan dengan identitas kita untuk mendapat museumkaart personal. Kalau kelewat ya kartu tidak bisa didaftarkan, uang yang sudah dibayarkan hangus. Meski museumkaart ini coverage-nya luas, tetap disarankan untuk mengecek museum yang akan dikunjungi karena masih ada museum yang belum termasuk/tidak menerima museumkaart, ada juga yang menerima tapi masih mengenakan biaya masuk beberapa euro.

Teman saya merekomendasikan museum Biodiversity ini karena katanya pernah mendapat penghargaan museum terbaik Eropa, saya lupa tanya penghargaan apa dan dari siapa. Tapi saya lumayan tertarik dengan topik biodiversity ini dan fakta bahwa lokasinya di Leiden, tempat yang sering saya dengar sejak saat di Indonesia. Tentu museum ini termasuk dalam cakupan museumkaart. Museum ini dapat dijangkau dengan berjalan kaki dari stasiun Leiden Centraal selama kurang lebih 10 menit. Museumnya besar dan lantainya banyak, namun pintu masuknya tidak begitu mencolok sehingga kami sempat harus memutari setengah gedung untuk mencarinya. Setelah masuk kami menuju ke loker room yang disediakan untuk menaruh barang bawaan sehingga kita bisa menikmati museum tanpa keberatan membawa barang yang tidak diperlukan.

Karena kami sudah memiliki kartu (punya saya kartu sementara yang saya beli hari sebelumnya di salah satu museum di Nijmegen), kami langsung ke resepsionis untuk scan kartu. Resepsionis dengan ramah bertanya 'Dutch or Engels?', setelah kami bilang Engels ia menjelaskan garis besar museum ini dalam bahasa Inggris. Dia juga memberi tahu bahwa dalam 15 menit lagi akan ada presentasi singkat dari salah satu peneliti tim Naturalis di salah satu ruangan pameran. Turns out researcher yang jadi pembicara adalah orang Indonesia, wangun.



Selesai mendengarkan paparan, kami mulai menjelajah museum mulai dari lantai paling atas turun ke bawah (p.s. ternyata kami salah, mestinya story-nya dari bawah ke atas). Museum ini menghayati arti kata 'bio' dan 'diversity' secara sangat serius. Mereka membahas biodiversity dari makhluk hidup sel tunggal hingga manusia dan dinosaurus. Manusia pun dibahas dari so-called manusia purba hingga kehidupan manusia modern. Di museum ini ditunjukkan koleksi asli fragmen tempurung kepala, gigi, dan limbs manusia purba yang ditemukan Eugene Dubois di Jawa.


Untuk kategori binatang semua jenis hewan yang imaginable ada di sana, bahkan sebagian baru saya tahu adanya. Binatang yang sudah punah seperti mammoth dan dinosaurus pun dibahas, tentu dengan penjelasan yang sangat memuaskan pikiran dan rasa ingin tahu. Binatang dari proses kelahiran hingga mati dan dekomposisi-nya dijelaskan, memperkaya koleksi yang sudah sangat beragam. Hal yang paling gokil menurut saya adalah mereka punya koleksi tulang T-rex yang nyaris utuh! 



Saya tidak terlalu paham istilah dalam permuseuman, tapi sebagai pengunjung awam ini adalah museum terbaik yang pernah saya kunjungi sejauh ini. Bangunannya keren, megah, dan bersih, sangat representatif sebagai tempat mencari hiburan sekaligus belajar, tentu accessible untuk anak kecil, lansia, dan penyandang disabilitas. Koleksinya lengkap, dikurasi dengan baik, dan dilengkapi penjelasan dengan kalimat-kalimat yang berbobot tapi tetap enjoyable. Selain itu museumnya terasa hidup karena adanya kru yang dengan senang hati menjelaskan dan menjawab pertanyaan pengunjung serta peneliti yang rutin mempresentasikan risetnya sesuai jadwal.

Selesai mengunjungi seluruh lantai kami mengambil barang di locker room lalu jalan keluar. Kami kembali menuju stasiun Leiden Centraal untuk mengambil kereta ke arah Den Haag. Di sana kami makan siang di salah satu dari banyak (mungkin puluhan) warung makan Indonesia yang ada di kota itu. 

By the way, teman saya ini lulusan arsitek, silakan simak portfolionya di sini: Portfolio






Salam,
Chandra





0 comments :

Post a Comment