Warung Barokah
Ini adalah Warung Barokah di Amsterdam, dimana untuk pertama kalinya saya bersama istri makan di luar. Ada dua alasan kenapa kami biasanya lebih memilih untuk masak sendiri. Pertama adalah harga dimana perbedaan antara masak dan beli jauh sekali. Groceries seminggu berdua menghabiskan sekitar 70 euro, sementara jika makan di luar bisa habis 25-40 euro untuk sekali makan berdua. Maka makan di luar dua atau tiga kali setara dengan belanjaan seminggu.
Alasan kedua adalah kehalalan. Karena di sini muslim adalah minoritas, halal tidaknya makanan jadi sebuah concern. Di sini tidak ada cap halal resmi dari pemerintah seperti halnya yang diberikan MUI di Indonesia, maka kami harus memastikan sendiri kehalalan makanan atau bahan tersebut. Memastikan di sini sebenarnya lebih ke menafsirkan dan memutuskan berdasarkan informasi yang bisa didapat, tidak benar-benar 'pasti' karena tingkat keyakinan belum tentu 100%. Dari pengalaman, ada tiga tier penilaian halal yang kami lakukan, mungkin akan berubah di masa depan tergantung situasi dan ilmu.
Satu: Label Halal
Meskipun tidak ada lembaga resmi yang tupoksinya memberikan cap halal, beberapa pemilik tempat makan dan produsen produk secara mandiri memberikan label halal pada produknya. Ini banyak terlihat di warung, restoran, dan toko dari Asia (Indonesia, Turki, India-Pakistan, dan Timur Tengah). Warung Barokah di atas adalah contohnya, mereka secara jelas menempelkan logo halal di daftar menunya. Beberapa produk impor dari negara-negara tersebut juga mencantumkan label halal dari negaranya masing-masing, seperti indomie dan snack-snack impor dari Lebanon yang pernah kami beli.
Label halal tentu sangat membantu karena kami tidak perlu berpikir lagi tentang bahan dan pembuatannya. Kami tidak khawatir untuk membeli protein seperti ayam karena ada jaminan RPH-nya halal. Sisi positif lain dari toko halal adalah banyaknya barang dari Asia termasuk Indonesia: indomie, kecap ABC, bumbu-bumbu, rempah, dan sayur mayur. Fun fact, restoran dan produk halal juga banyak dinikmati oleh masyarakat lokal, walaupun bagi mereka mungkin bukan soal halal tapi soal rasa.
Dua: Komposisi
Jika tidak ada label halal, kami harus menggali lebih dalam dengan mengecek komposisi makanan tersebut. Untuk produk yang umum ditemui relatif lebih mudah karena seringnya di internet sudah ada yang mengulas, cukup browsing dengan kata kunci seperti 'is kitkat halal in netherlands?'. Kadang ada lembaga atau komunitas yang sudah melakukan kajian dan memberikan rekomendasi apakah produk tersebut boleh dikonsumsi. Beberapa dari mereka punya aplikasi yang bisa langsung mengeluarkan informasi berdasarkan scan barcode produk, misalnya aplikasi bernama Mustakshif.
Tapi jika tidak ditemukan datanya, kami harus mencermati ingredients-nya satu-satu. Kesulitannya adalah jika bahan-bahannya ditulis dalam bahasa Belanda, kami jadi harus buka-buka google translate. Jadi kami sering menghindari produk yang komposisinya rumit, prefer yang simpel seperti di bawah, bahannya hanya kentang, minyak, dan garam, tiga-tiganya aman. Fun fact, bahan pengawet dan penyedap di sini dituliskan dengan kode seperti E500, E319, dsb. Pretty handy karena itu memudahkan pencarian: 'is E500 halal?'
Tiga: Rekomendasi
Kemarin saya sempat datang ke sebuah acara yang di dalamnya ada agenda makan-makan prasmanan. Datang prasmanan di sini tidak seenteng di Indonesia karena di satu sisi ingin mencoba makannya tapi di sisi lain ada beban harus memastikan boleh tidaknya. Beruntung ada satu teman dari Indonesia yang sudah lebih lama di sini dan bisa menjelaskan mana-mana saja yang aman diambil. Tentu ada unsur pemantapan hati di situ, karena walaupun tampak dibuat dari bahan-bahan halal who knows barangkali alatnya kecampur atau ada tambahan alkohol sedikit. Dimulai dengan bismilah dan ditutup astaghfirullah jadinya.
Label Vegan yang lumayan populer di sini juga bisa agak membantu. Orang barat sangat serius dengan vegan sehingga kalau sudah dilabeli V kita bisa yakin tidak ada bahan hewani sama sekali, yang mana menghilangkan kekhawatiran soal babi (daging, minyak, ketercampuran alat, dll) dan cara sembelih.
Itu tadi tiga tier seleksi kami soal makanan. Kami masih berusaha terus mengkalibrasi sehingga bisa navigate cara terbaik memilih makanan di sini.
Salam & Thanks,
Chandra
0 comments :
Post a Comment