Sign Out
Tapi pada akhirnya saya masuk juga karena diajak istri untuk lihat spot foto di Ashta yang viral. MasyaAllah sekali dalamnya, nggak berasa seperti sedang di Indonesia karena 360 derajat mata memandang nggak ada kabel listrik, jalan cor-coran kasar, pedagang, atau satupun motor. Semua orang tampak rapi dan elegan. Gimana rasanya kerja di gedung ini ya, batin saya. Alhamdulillah Allah sudah kasih kesempatan saya untuk sempat bekerja di beberapa office building. Itu sudah saya syukuri sebagai perwujudan cita-cita saya pas SMA: kerja di gedung tinggi di Jakarta. Tapi Ashta dan office towernya beyond my imagination.
Sampai suatu hari..
Lalu jadilah dua tahun bekerja yang luar biasa. Tempat yang tadinya saya ragu memasukinya jadi tempat yang saya masuki sehari-hari. Akhirnya jadi kenyataan saya berada di antara orang-orang suits and dress, walaupun saya tetep celana jeans dan sepatu running. Saya kini tahu dimana parkiran motor District 8 dan dimana tempat makan siang 'rakyat'. Foto yang dulu saya ambil di balkon Ashta dengan tujuan 'buat foto linkedin', jadinya saya pakai untuk profil picture Teams. Rencana Allah..
Tapi, awal 'kan berakhir, terbit 'kan tenggelam, pasang akan surut, bertemu akan berpisah.
Tiba juga hari terakhir bekerja di sini. Saya bersyukur sekali datang dengan baik-baik dan pergi dengan baik-baik. Saya nggak berambisi untuk jadi karyawan teladan atau semacamnya, cukup bisa pamit tanpa meninggalkan beban dan tanpa membakar jembatan. Di usia begini warm farewell ternyata bukan dari foto-foto atau makan donatnya, tapi dari handshake yang firm, respectful, dan supportive.
Hari terakhir bekerja ditutup dengan mengembaliman laptop lalu bertemu HR untuk menyerahkan segala form dan kartu-kartu. And for one last time jalan pulang
Stay keep in touch
Thanks & Regards,
Chandra
0 comments :
Post a Comment