Time Capsule
Siang tadi buka-buka lemari nemu tablet samsung lawas yang saya beli tahun 2013 dengan uang refund UKT semester 1. Baterai jelas tekor karena sudah lebih dari 3 tahun nggak nyala, untung masih ada kabel charger yang cocok buat tab ini. Butuh waktu agak lama sampai baterainya cukup untuk dia bangun. Begitu nyala makdeg wallpapernya masih gambar Imperial College, cita-cita yang dulu pernah ada wkwk
Ada dua tablet lagi di tumpukan yang sama, satu merk 'cina' hasil tryout sbmptn TO Bareng Teknik (Tobat) UGM 2013, satu lagi Ipad 3 saya beli seken steal-deal dapat dari FJB ITB tahun 2016. Sayang sudah nggak punya charger yang bisa masuk. Mungkin nanti cari di Jakarta, lumayan kalau nyala bisa buat istri ngajar.
Kembali ke tablet samsung, meskipun tidak semua tapi sebagian perjalanan awal kuliah saya terekam di gadget ini. Waktu itu HP saya tidak cukup powerful untuk menghandle semua keperluan akademik dan nonakademik. Sebagian file saya transfer ke tab terutama video-video praktikum dan aplikasi berat. Senangnya dulu pas ospek mau masuk jurusan bisa bikin glider yang sekedar bisa terbang dengan imbang.
Galeri adalah yang paling banyak menyimpan kenangan. Ada foto-foto slide kuliah yang akhirnya nggak dibuka lagi, dokumentasi anak robotika waktu KRI, meme tentang engineering dan aerospace, foto jalan-jalan yang agak bikin malu kalau dilihat lagi sekarang, beberapa foto tugas tour kosan waktu osjur, sampai screenshot-screenshot yang banyaknya minta ampun. Tentu konten yang berpotensi mengganggu ketentraman segera dihapus demi kemaslahatan :p
No no no, jangan berpikir itu konten berhubungan sama porn, drug abuse, atau human trafficking ya. Senakal-nakalnya yo nggak segitunya. Lagi pula semua bisa dijelaskan karena file-file disitu semua bertanggal 2016 ke bawah...gimana ya jelasinnya...ya tahulah maksudnya wkwk
Saya pernah bilang bahwa kalau punya mesin waktu yang hanya bisa dipakai satu kali, saya memilih balik ke tahun 2013. Disanalah banyak keputusan-keputusan diambil yang membuat saya berada di state yang sekarang. Tidak boleh berandai-andai berlebihan, tapi saya merasa jika bisa kembali ke tahun itu dengan bekal pengetahuan yang sekarang, rasanya banyak keputusan bisa saya perbaiki sehingga jadi orang yang lebih benyak berguna dan lebih sedikit merepotkan.
Mesin waktu mungkin tidak akan terjadi, tapi ketemunya tab lama ini mengembalikan sebagian ingatan saya tentang diri saya 7-8 tahun lalu, bagaimana saya berpikir, apa yang saya cita-citakan saat itu, siapa teman saya, apa yang saya lakukan, siapa inspirasi saya, apa kebaikan yang dulu ada dan kini saya tinggalkan, apa yang berubah dan apa yang tidak.
Terpenting dari itu semua adalah setelah beberapa jam menyusuri folder dan aplikasi-aplikasi yang sudah vakum beberapa tahun saya mendapat gambaran bahwa saya dulu pernah punya api. Di satu sisi ekpresi dari api itu adalah sifat naif, sombong, keminter, dan merasa berada di puncak dunia. Padahal puncak adalah tempat paling mungkin untuk jatuh. After all, api itu terlalu besar buat saya yang sempit, hingga tanpa sadar membakar beberapa hal yang seharusnya dipelihara.
Tapi di sisi yang lain api itulah yang membuat saya tetap kuat menjalani masa-masa penuh tempaan sambil tetap menjaga asa menolak menjadi sekedar rata-rata. Bahkan saya yang sekarang merasa malu bagaimana dulu jiwa raga ini mampu bekerja nyaris 24/7 hingga akhirnya menemukan bentuk nyamannya. Di masa-masa itulah paling sering saya merasa batas saya diuji.
Semakin mendewasa, rasanya api itu tidak sepanas dulu. Bisa jadi karena saya tidak memeliharanya dengan baik, atau hakikatnya memang api itu teredam seiring pemahaman soal realita kehidupan. Tapi sebagai manusia yang ditugaskan untuk selalu berusaha, setidaknya dari time capsule ini saya jadi tahu ada hal yang perlu saya coba.
Saya harus menjaga nyala api itu sama atau bahkan lebih berkobar daripada 7 tahun lalu. Tapi di saat yang sama harus memastikan bahwa api itu tidak membuat apapun dan siapapun di sekitar saya tidak nyaman. Syukur kalau api itu bisa menyalakan beberapa api lainnya yang mulai padam. Tapi setidaknya saya harus cukup amba untuk menjadikan segalanya seimbang.
Kalau mau lebih baik dari 7 tahun lalu mungkin saya harus lebih presisi, sisanya biar mengikuti.
Maaf atas segala kesalahan
Chandra
0 comments :
Post a Comment