Yoshie Shiratori
Yoshie Shiratori lahir di Aomori, Jepang pada 31 Juli 1907. Pria ini terkenal karena sepak terjangnya empat kali meloloskan diri dari penjara di Jepang. Ceritanya dimulai ketika ia ditangkap dengan tuduhan melakukan pembunuhan yang sebenarnya tidak ia lakukan. Proses persidangan tengah berjalan dan hukuman maksimal yang menanti adalah hukuman mati.
Shiratori menjalani masa tahanan di penjara Aomori, kota tempat dia tinggal. Statusnya adalah kriminal biasa dan ditempatkan di sel yang biasa pula. Tanpa petugas tahu, Shiratori yang tumbuh di lingkungan yang keras punya berbagai keterampilan, termasuk lock-picking alias skill membuka kunci dengan alat seadanya.
Bulan demi bulan berjalan, Shiratori memperhatikan rutinitas para penjaga. Dia menyimpulkan patroli penjaga akan lewat di depan selnya setiap 15 menit sekali. Jendela waktu yang cukup sempit untuk melarikan diri. Kalaupun dia bisa membuka beberapa kunci, dia masih akan berada pada search perimeter yang membuatnya dengan mudah tertangkap kembali.
Shiratori tidak kekurangan akal, dia menumpuk perkakas dan papan kayu di atas tempat tidurnya lalu menutupkan selimut di atasnya. Itu adalah usaha terbaik yang bisa dia lakukan untuk membeli waktu. Memanfaatkan kawat bekas yang dia peroleh dari ruang mandi, dia akan keluar dengan skill lock-pickingnya, sambil berharap penjaga yang lewat di depan selnya tidak sadar bahwa dia telah menghilang.
Usahanya berhasil, penjaga tidak menyadari bahwa yang ada di atas tempat tidur adalah tumbukan perkakas. Ketika keesokan harinya tipuan ini ketahuan, Shiratori telah jauh, statusnya berubah menjadi buronan.
Kabur dari penjara adalah satu hal, tapi bertahan hidup sebagai buronan adalah hal lain. Dia tidak mungkin kembali ke keluarganya karena yakin polisi pasti mengawasi. Untuk sementara dia harus bertahan hidup sendiri, tanpa bekal. Bagaimana caranya?
Tiga hari kemudian dia berusaha mencuri makanan dari sebuah rumah sakit. Sialnya dia tertangkap. Catatan keberhasilannya kabur dari penjara Aomori memperberat hukumannya, kini ia dijatuhi hukuman seumur hidup. Menyadari kemungkinannya untuk hidup bersama keluarga lagi semakin kecil, Shiratori tidak punya pilihan lain selain melarikan diri lagi.
Aparat hukum kini telah sadar bahwa Shiratori adalah orang yang berbahaya. Tidak seperti sebelumnya, kini dia ditahan di penjara Akita. Sepak terjangnya melarikan diri dari penjara membuat sipir-sipir di penjara Akita ingin memberinya pelajaran. Setiap hari Shiratori menerima perlakuan yang menyiksa fisik dan mental. Hanya satu orang penjaga, Kobayashi, yang menaruh iba pada Shiratori, dia tidak ikut melakukan kekerasan, hanya menjalankan tugas sesuai aturan pekerjaan. Bahkan kadang-kadang menengok ke sel untuk memastikan Shiratori baik-baik saja.
Dia ditempatkan di sel isolasi untuk mencegahnya melarikan diri. Selnya jauh lebih sempit dan tinggi daripada sewaktu di Aomori. Hanya ada satu lubang ventilasi dengan batang-batang besi dan tempatnya cukup tinggi. Nyaris mustahil untuk meraihnya apalagi dinding sel dilapisi lembaran tembaga halus yang membuatnya luar biasa sulit didaki.
Lebih dari itu, Shiratori selalu diborgol di dalam selnya. What can go wrong?
Turns out, Shiratori punya kemampuan memanjat a la cicak, jauh lebih tinggi daripada kemampuan normalnya manusia. Dengan menempelkan kedua telapak tangan dan kakinya, dia bisa menggapai ventilasi yang tinggi tadi. Dia tahu bahwa meskipun penutupnya terbuat dari batang besi, frame-nya hanya kayu.
Setiap malam ketika penjaga tidak melihat, dia akan memanjat sampai ke ventilasi lalu menggoyang-goyangkan rangka kayu hingga lama kelamaan mengendur. Waktu demi waktu berjalan dan akhirnya penutup ventilasi berhasil dia lepaskan. Kini tinggal menunggu waktu terbaik untuk lompat keluar dan lari.
Bagaimana dengan borgolnya? Sesungguhnyalah borgol tidak mempan baginya karena dengan mudah ia dapat membuka dan memasangnya kembali setelah selesai menggoyang ventilasi. Ketika hari yang diyakini tiba, dia akhirnya melepas borgol dengan menghentakkan tangannya hingga rantainya putus (ya, dia juga punya kekuatan otot luar biasa), memanjat ke ventilasi, lalu melarikan diri.
Hari itu cuaca sedang buruk sehingga penjaga lengah dan tidak mendegar suara-suara mencurigakan karena kalah dengan suara hujan. Ketika akhirnya mereka sadar sel Shiratori kosong, penghuninya telah jauh. Pelarian kedua berhasil, dan kali ini dia cukup pintar untuk tidak ketahuan mencuri lagi.
Tiga bulan berselang kejadian mengejutkan terjadi di kediaman Kobayashi, salah satu sipir penjara Akita. Di pagi yang damai pintu rumahnya diketuk. Ketika pintu dibuka terkejutlah dia karena yang ada di depannya adalah Shiratori, napi yang dua kali kabur dari penjara. Setelah keterkejutannya lewat, Kobayashi mempersilakannya masuk.
Shiratori bercerita bahwa dia tidak masalah dihukum, namun perlakuan semena-mena dari para penjaga membuatnya tak tahan. Dia kini ingin meminta pertolongan pada Kobayashi. Dia bersedia untuk kembali dipenjara asal diberi kesempatan menghadap ke Kemenkumham-nya Jepang. Dia ingin memprotes manajemen dan sistem penjara Jepang yang korup dan tidak manusiawi. Dia meminta Kobayashi sebagai satu-satunya penjaga yang bersikap baik padanya ,sekaligus petugas yang sudah cukup senior untuk menjadi perantara.
Obrolan pun berlanjut ngalor ngidul. Ketika Shiratori mandi, Kobayashi menelepon polisi. Seketika itu pula Shiratori ditangkap di rumah Kobayashi. Dia bersumpah tidak akan pernah percaya aparat penegak hukum lagi.
Kali ini Shiratori dijebloskan ke penjara Abashiri di Hokkaido bagian utara, wilayah terdingin di Jepang. Tujuannya untuk memperkecil kemungkinan dia kabur lagi. Kalaupun berhasil keluar penjara, mustahil dia bisa survive di tengah pegunungan bersalju.
Selnya pun dibuat khusus dengan ventilasi yang diperkuat. Ukuran lubangnya dibuat lebih kecil daripada badan Shiratori. Borgol yang dipakai kini bukan lagi borgol rantai biasa, rantainya diganti dengan besi padat seberat 20 kg. Tidak ada lubang kunci untuk mencegah Shiratori melakukan lock-picking lagi. Semua dipelajari dari pelarian-pelarian sebelumnya. Perlakuan para penjaga? lebih buruk.
Musim dingin memperburuk keadaan Shiratori. Staminanya terbatas dan tidak mungkin melakukan pelarian. Jatah makanan miso soup-nya sengaja hanya diberikan setengah untuk memperlemah kondisi badannya. Shiratori hanya diijinkan mandi beberapa minggu sekali. Namun setelah semua itu, Shiratori berhasil bertahan hingga musim semi tiba.
Hingga suatu hari di bulan Agustus 1944, penjaga melakukan patroli rutin. Ketika tiba di depan sel Shiratori dia terbelalak. Alas tidur dan pakaian tahanan terlipat rapi. Borgol besi padat tergeletak di sampingnya. Shiratori sudah tidak ada di tempatnya.
Dengan level keamanan setinggi penjara Abashiri bagaimana Shiratori melarikan diri?
Ternyata selama ini setiap mendapat jatah makan miso soup, Shiratori selalu menyisakan sebagian kuahnya. Dengan semaksimal mungkin menggerakkan badannya dia berusaha menyiramkan kuah ini ke borgol dan penutup ventilasi. Dia berpikir kandungan garam dalam kuah itu akan membuat besi cepet berkarat. Dugaannya benar, setelah beberapa bulan borgol dan tutup ventilasi berhasil dilepaskannya. Ajaib.
Tapi masalah belum selesai, jika ukuran lubang lebih kecil dari badannya bagaimana dia bisa pergi? Terkuaklah superpower Shiratori berikutnya, dia sangat lentur dan bisa menggerakkan sendinya semau dia. Kemampuan ini membuatnya bisa masuk ke lubang yang lebih kecil dari badannya, asal masih lebih besar dari tengkoraknya.
Setelah keluar dari penjara Abashiri kini Shiratori harus berhadapan dengan situasi ekstrem pegunungan utara Jepang. Keengganannya untuk percaya pada orang asing membuatnya memutuskan untuk hidup menyendiri di pegunungan. Dia menemukan situs bekas pertambangan yang bisa digunakannya untuk tinggal. Dia menetap disana selama 2 tahun, hidup secara berburu dan meramu.
Setelah dua tahun akhirnya Shiratori berjalan ke desa terdekat untuk pertama kalinya. Dia takjub dengan perubahan yang terjadi. Jalanan dipenuhi tulisan-tulisan dalam bahasa Inggris, banyak orang kulit putih beraktivitas di berbagai tempat, dan tidak ada lagi propaganda perang Jepang. Dia berusaha mencari tahu apa yang terjadi dengan membaca koran bekas yang bisa didapatnya.
Ya, periode dua tahun antara 1944 hingga 1946 banyak peristiwa terjadi di Jepang. Bom Hiroshima dan Nagasaki meluluhlantakkan Jepang dan membuatnya menyerah pada sekutu. Amerika mengambil alih pemerintahan Jepang termasuk pengelolaan penjara. Wajar jika pencarian atas Shiratori tidak segencar sebelumnya. Perubahan ini mendorong Shiratori untuk meninggalkan Hokkaido. Dalam 50 hari dia berhasil mencapai Sapporo.
Saat tiba di Sapporo Shiratori memetik beberapa buah tomat dari sebuah kebun. Di luar dugaan sang pemilik kebun memergokinya dan mengiranya pencuri lokal yang selama ini dia cari. Terjadi perkelahian, malang nasib pemilik kebun perutnya tertusuk sekop, malang pula nasib Shiratori karena tertangkap lagi. Polisi tahu bahwa yang ditangkapnya adalah salah satu orang paling dicari di Jepang, bukan sekedar pencuri tomat.
Shiratori dijebloskan ke penjara untuk keempat kalinya, kali ini di penjara Sapporo. Selnya dibuat lebih hardcore lagi dengan bukaan ventilasi yang lebih kecil dari kepalanya, bukan hanya badannya. Enam orang petugas bersenjata ditugaskan khusus mengawasi Shiratori. Sang tahanan tampak depresi dan terus memandang ke langit-langit sel dengan tatapan kosong.
Hingga suatu hari, untuk keempat kalinya, Shiratori berhasil kabur lagi.
Shiratori kabur dengan memanfaatkan satu-satunya kelemahan selnya dan kelengahan penjaga. Tingkahnya selalu melihat ke atas bukanlah pertanda depresi, melainkan usahanya mengecoh penjaga agar mengira dia akan kabur lewat ventilasi atau atap lagi. Padahal dia sudah menemukan jalan yang lebih mudah, menggali. Mirip Shawsank Redemption, bedanya Shiratori menggali lantai, bukan dinding seperti Andy Dufresne. Kalau Dufresne menggunakan poster besar untuk menutupi lubang galian, Shiratori menggunakan alas tidurnya.
Belum selesai, tapi sebentar lagi happy ending..
Setelah satu tahun mengembara sebagai homeless di Sapporo, suatu siang Shiratori beristirahat di sebuah bangku taman. Tiba-tiba seorang polisi yang sedang patroli duduk di sampingnya untuk merokok. Polisi itu tidak tahu bahwa yang di sampingnya adalah Shiratori. Shiratori berusaha tetap tenang sambil mencari cara untuk memisahkan diri tanpa mengundang kecurigaan.
Hingga sang polisi melakukan sesuatu yang tak terduga: mengeluarkan sebatang rokok dan menawarkannya pada Shiratori. Ia tertegun, untuk pertama kalinya setelah sekian lama akhirnya dia mendapat perlakuan penuh hormat, dari seorang polisi pula. Rokok adalah barang mewah di Jepang waktu itu, dan membaginya pada orang tak dikenal adalah bukti ketulusan tingkat tinggi. Shiratori telah bersumpah tidak akan percaya aparat lagi setelah dikhianati Kobayashi, tapi sebatang rokok itu meluluhkannya.
Dengan gejolak dalam hatinya, akhirnya dia mengakui namanya 'Yoshie Shiratori', dan bahwa dia kabur dari penjara Sapporo tahun sebelumnya. Shiratori sangat sadar akan konsekuensinya, dia ditangkap lagi.
Tapi kali ini berbeda, tampaknya sistem peradilan Jepang mulai berubah. Banyak pihak mulai menaruh iba pada Shitatori. Kasusnya di masa lampau ditinjau lagi. Masih ingat pembunuhan pemilik kebun? Kasus itu dicabut dengan pertimbangan Shiratori dalam posisi membela diri. Shiratori tetap dijatuhi hukuman 20 tahun, namun dia ditahan di penjara Fuchu di Tokyo yang beriklim hangat sesuai permintaannya.
Perlakuan penjaga kini jauh lebih baik pada Shiratori. Masih ada upaya-upaya untuk mencegah pelarian terjadi lagi. Namun bagi Shiratori itu tidak penting karena dia telah merasakan damai dan mendapatkan keadilan. Perjuangannya melawan sadisnya penjaga, jeruji penjara, iklim Jepang utara, hingga ancaman hukuman mati telah cukup baginya. Lagi pula dia sudah semakin menua, staminanya sudah melemah.
Shiratori menjalani hukuman dengan penuh tanggung jawab. Dari 20 tahun masa hukuman, dia bebas setelah 14 tahun karena berkelakuan baik. Shiratori menjadi napi teladan di penjara Fuchu. Kini dia telah secara resmi menjadi manusia bebas. Dia kembali ke Aomori untuk berkumpul dengan anak perempuannya, sayang istrinya sudah meninggal dunia. Aomori meninggal pada tahun 1979 karena serangan jantung pada usia 71.
Yoshie Shiratori menjadi legenda, antihero di Jepang. Kisahnya diangkat dalam novel dan manga. Dia dibuatkan replika di Abashiri Prison Museum sebagai pengingat. Bagaimanapun namanya tidak bisa dilepaskan dari revolusi sistem hukum dan HAM di Jepang.
0 comments :
Post a Comment