Love Hate Relationship with Engineering
Saya merasa mulai mencelupkan kaki ke dunia engineering waktu kuliah tingkat dua. Tahun pertama di ITB lebih kaya ekstensi SMA daripada kuliah. Waktu itu saya pun masih belum bisa menjelaskan kenapa pesawat bisa terbang secara memuaskan. Setelah di tingkat dua baru ada project-project yang walaupun belum terlalu memakai skill tapi setidaknya sudah menunjukkan bagaimana rekayasa bekerja.
Kalau dihitung sejak tingkat dua alias tahun 2014, sampai sekarang sudah 6 tahun saya mempelajari dan menggarap bidang engineering. Ada beberapa hal yang membuat jatuh cinta sekaligus malas di waktu yang bersamaan.
Hal yang membuat saya jatuh cinta
1. Eksplorasi nyaris tak terbatas
Rekayasa (engineering) adalah soal mengeksplorasi kemungkinan yang bisa di capai di waktu yang akan datang lalu berusaha mewujudkannya. Karena sifatnya yang menghadap ke depan maka tidak banyak unsur yang menjadi batasan dalam eksplorasi di pikiran seorang perekayasa. Kalaupun ada batasan akan tiba waktunya seseorang menemukan cara untuk menghalau batasan tersebut atau melampauinya sekalian. Contohnya, karena perkembangan kecepatan komputasi terbatas rate perkembangan teknologi chip berbasis silikon maka orang menemukan dan mengembangkan quantum computing.
Kalau dilihat seminar-seminar teknologi atau engineering kebanyakan membahas hal-hal yang belum terjadi, misal revolusi mobil elektrik, nuclear power, atau unmanned aerial vehicle. Selanjutnya yang dibahas adalah soal target, timeline, dan pihak-pihak yang akan diajak berkolaborasi untuk mewujudkan cita-cita ini. Kadang tampak absurd, tapi begitulah engineering bekerja, dimulai dari visi dulu lalu mencari cara untuk menggapainya.
2. Do it your way
Engineering sangat menekankan yang namanya dokumentasi (pembuatan dokumen). Sampai sekrup-sekrup terkecil pun harus tercantum. Tujuannya untuk mempermudah replikasi sekaligus pengurusan paten dan lain sebagainya. Hasil yang paling mahal harganya dalam sebuah pengembangan teknologi adalah dokumennya.
Tapi di luar itu engineering sangat luwes dan fleksibel. Luasnya bahasan dalam engineering membuat sulit untuk mengatur cara kerja orang-orang di dalamnya. Beda kasus menuntut metode yang berbeda pula. Orang-orang di dalamnya cenderung kreatif menjurus suka-suka. Jadi adanya dokumentasi juga penting untuk memvalidasi proses. Asal prosesnya valid, maka hasilnya diterima. Fleksibilitas ini menyenangkan untuk orang yang tidak suka diatur bagaimana dia sebaiknya bekerja.
3. No routine
Orang yang bekerja dalam bidang engineering setiap hari akan menemukan tantangan yang beragam. Untuk setiap masalah yang berbeda ada reward yang berbeda-beda pula. Jarang dilanda kebosanan yang disebabkan rutinitas berulang. Self satisfaction seorang engineer akan meroket ketika dia berhasil menembus tembok masalah yang sudah berhari-hari dia pikirkan.
Tidak ada jaminan kalau hari ini sukses maka besok juga akan sukses, begitu juga sebaliknya. Itu juga menjadi sebab kesepahaman bahwa dalam engineering gagal itu tidak dosa. Tidak masalah gagal, asal tahu penyebabnya dan punya rencana solusi.
4. Seragam di seluruh dunia
Disparitas perkembangan keilmuan engineering di seluruh dunia mungkin termasuk yang deviasinya rendah. Ada negara yang lebih dulu mengembangkan dan mengimplementasikan suatu teknologi karena fasilitas penelitian dan sumber daya yang lebih baik. Namun tidak lama berselang teknologi itu akan menyebar ke tempat lain di seluruh dunia. Lagi-lagi thanks to documentation.
Alhasil, forum-forum diskusi engineering biasanya melibatkan banyak orang dari berbagai penjuru dunia. Pertukaran dokumen dan informasi juga terjadi sangat cepat. Jadi ketika menemui suatu masalah biasanya tersedia referensi solusi entah dari mana. Jarang ada masalah yang belum ditemukan penyelesaiannya oleh seseorang di belahan dunia yang lain. Kalau sampai menemukan masalah seperti itu berarti itu sebuah masalah yang mahal.
Tapi di sisi lain ada hal-hal yang suka membikin saya gemas dan rasanya ingin pindah ke bidang lain...
1. Unpredictable
Yap, masalah dalam sebuah pekerjaan atau project engineering bisa datang kapan saja, kadang di saat yang tidak tepat. Mood yang bagus bisa tiba-tiba runtuh hanya karena satu masalah yang kita sadar kita adalah salah satu penyebabnya. Kayanya dalam hal apapun jadi orang yang bertanggung jawab atas terjadinya sesuatu itu nggak enak. Pekerjaan dalam skala apapun punya kemungkinan untuk gagal, misalnya Space Shuttle Challenger. Bayangkan proyek tahunan dengan biaya jutaan dollar gagal dalam 73 detik, dan engineer dipaksa menyaksikannya, pasti sakit sekali.
2. Maximum RPM
Bukan cuma harus menyelesaikan persoalan rumit, engineer kadang-kadang juga diminta untuk berusaha menyelesaikan sesuatu yang tidak ada penyelesaiannya. Otak dipacu bekerja pada RPM tertingginya. Salah satu hal yang saya pelajari selama ini adalah untuk tahu kapan harus berhenti dan di satu titik bilang "ini nggak bisa diselesaikan".
3. Butuh proses
Engineer (dan scientist) adalah profesi yang butuh waktu untuk matang. Jarang ada engineer yang bisa langsung ngetop di usia muda. Engineering adalah bidang yang sangat mengagungkan nurture daripada nature. Banyak orang di dunia engineering yang menghabiskan masa mudanya berada di belakang layar jauh dari spotlight padahal sedang melakukan sesuatu yang berarti untuk masa depan. Mereka memang minim recognition. Orang yang konsisten dengan keahliannya baru akan muncul ke permukaan pada usia 40 tahun ke atas, berbicara sebagai 'Ahli xxx', 'Praktisi di bidang xxx'. Jujur saja, tidak semua orang bisa bersabar.
Sekian curhatan dari saya. Kalau kata orang jawa hidup itu wang sinawang alias tergantung bagaimana kita melihat positif dan negatifnya. Setiap profesi dan bidang pasti punya plus minusnya masing-masing. Saya nggak berniat bilang engineering itu lebih baik atau lebih buruk dari yang lain. Overall saya merasa profil diri saya cocok dengan tipe profesi di dunia engineering jadi saya selalu coba untuk mengambil angle bersyukur dalam hal ini. Saya senang kalau nanti ada yang share pengalamannya dari profesi lain, pasti menarik.
Selamat berpuasa!
0 comments :
Post a Comment