Wisuda
Pertengahan tahun begini kampus-kampus mewisuda mahasiswanya. Para mahasiswa yang sudah 4,5,6 tahun berada di bawah tekanan akhirnya menemukan hari dimana mereka berhak bersuka cita. Untuk sebagian mahasiswa mungkin hari itu pertama kalinya mereka bertemu rektor dan bersalaman dengannya. Bagi sebagian orang tua bisa jadi itu kali pertama datang ke kampus anaknya. Intinya banyak cerita dalam sebuah acara wisuda.
Kami wisuda di Sasana Budaya Ganesha alias Sabuga. Di setiap acara wisuda, selalu ada pemandangan sebuah keluarga besar menunggu cucu, ponakan, atau kakak adiknya dengan membentangkan tikar di lapangan samping Sabuga. Sambil makan bekal layaknya mereka menunggu wisudawan keluar dari gedung, kadang-kadang sampai menjelang sore. Karena yang boleh menemani masuk ke dalam hanya dua orang, biasanya bapak ibu wisudawan.
Di sepanjang jalan Tamansari berjejer penjual bunga dan boneka gajah. Semakin mendekat ke Sabuga barisannya semakin rapat. Mereka menunggu teman sesama mahasiswa atau keluarga membeli dagangannya untuk diberikan pada orang yang wisuda. Profesi lain yang tidak ketinggalan ketiban rejeki sibuk adalah penjahit selempang dan mamang balon di Balubur.
Dari pintu Sabuga sampai gerbang depan ITB panitia arak-arakan yang kebanyakan mahasiswa tingkat satu berjejer mengamankan jalan yang akan dilalui massa himpunan. Ya, di kampus kami selesai prosesi tidak langsung pulang, semua (benar-benar semua) himpunan mahasiswa akan mengarak wisudawannya keliling jalan-jalan kampus. Entah dulu inisiatif siapa, tapi sekarang ini jadi agenda resmi kampus.
Untuk agenda yang sama massa masing-masing himpunan bergerombol di berbagai tempat. Begitu wisudawan keluar akan disambut dengan mars atau minimal salam himpunan. Berdasarkan warna jaket para pengaraknya kita bisa tahu itu wisudawan dari jurusan apa. Teman-teman lain dan saudara silakan datangi mereka jika ingin foto bersama.
Sementara anaknya diarak, orang tua kembali ke rumah atau penginapannya. Tapi bagi yang merasa masih bertenaga dipersilakan untuk ikut mengarak. Tentu dengan resiko terkena cipratan air, telinga perih karena pekikan yel-yel, dan kaki pegal berdiri lama. Keluarga besar yang datang biasanya makan-makan karena menunggu itu melelahkan.
Wisuda juga momen bagi wisudawan untuk memamerkan gandengannya, bagi yang punya. Sebagian kecil sudah resmi suami istri, tapi yang lainnya sih datang wisudaan tapi belum tentu sampai pelaminan. Pendamping ini dipastikan ikut mengarak. Sebagai sebuah deklarasi hubungan di depan seluruh warga kampus. Lagian sudah dandan, sayang kalau nggak dipamerkan.
Yang belum punya gandengan atau masih ragu mau mengajaknya ke wisudaan tidak perlu khawatir. Ada adik tingkat yang ditugaskan oleh himpunan untuk membantu segala kebutuhan wisudawan. Mulai dari memandu orang tua, membawakan bunga dan, sampai jadi fotografer dadakan. Kalau wisudawannya peka, biasanya LO begini diajak makan-makan sekalian.
Tidak banyak yang tahu di kampus kami ada tunnel (terowongan). Tunnel ini jadi saksi mbak Nyoman Anjani memimpin yellboys para mahasiswa mesin. Ini di bawah saya kasih linknya silakan dibuka. Dia role model ketika angkatan kami baru masuk ITB. Sekarang dia sudah menikah, berhijab, dan kalau tidak salah akan melanjutkan studi di MIT.
Nyoman Anjadi Pimpin Yellboys
Dibuka ya, menghargai seriusnya anak sini merayakan wisudaan sampai rela mukanya dicoreng-coreng seperti itu. Kadang-kadang ada yang disuruh potong gundul dan mau.
Wisuda meninggalkan kesan yang beraneka warna bagi setiap yang terlibat di dalamnya. Para wisudawan wisudawati memanfaatkan hak berbahagia yang berlaku untuk beberapa hari saja sebelum menyadari tanggung jawab selanjutnya. Para orang tua melangitkan syukur anaknya telah berhasil menyelesaikan studinya. Para penjual bunga, selempang, dan balon berharap segera tiba pekan wisuda berikutnya.
Adik tingkat termotivasi mengikuti jejak kakak-kakaknya untuk segera lulus dari sini. Panitia arak-arakan bersyukur akhirnya bisa istirahat setelah berminggu-minggu persiapan demi pagelaran yang membanggakan. Mayarakat menyaksikan lahirnya sarjana-sarjana baru. Sambil bertanya-tanya apa yang akan dikontribusikan oleh mereka.
Wisuda datang dengan berbagai ceritanya. Wisudawan pergi untuk meneruskan cita-citanya. Selamat wisuda!
0 comments :
Post a Comment