Cangkang
Ketika seorang anak pertama kali memasuki sekolah, dia keluar dari cangkang pertamanya. Dia mulai belajar bersosialisasi di dunia yang lebih luas daripada keluarganya. Di dunia yang mungkin tidak mentolerir kesalahannya sebagaimana dilakukan orang tuanya. Ketika di rumah anak kecil ini menjadi raja, di sekolah dia bertemu dengan anak-anak lain yang di rumahnya sama-sama menjadi raja. Dia harus menerima bahwa ada sosok bernama guru yang harus didengarkan selain orang tuanya.
Lalu dia tumbuh dan masuk sekolah dasar, kemudian menengah. Dia mulai mengerti bahwa ilmu tidak bisa dikuasai secara alami tetapi harus dipelajari. Dewasa nanti mungkin dia akan lupa pada detail pelajaran matematika atau bahasa. Tapi dia mendapatkan kesadaran bahwa orang hidup dalam tingkatan-tingkatan. Setiap tingkatan memberikan tanggung jawab dan ujian. Waktu berjalan dan tingkatan-tingkatan ini tidak bisa dihindari, seberat apapun masalahnya harus tetap ikhlas ia jalani. Dia berproses keluar dari cangkangnya yang kedua.
Kemudian ia masuk ke bangku universitas, simulasi menjadi orang dewasa seutuhnya. Dia mungkin akan berada jauh dari orang tua, atau kalaupun tidak ia akan bertemu dengan orang jauh berbeda dengannya. Dia akan mengerti bahwa dunia tidak terbatas pada suku dan budayanya saja dan mulai belajar menerima perbedaan. Proses wisuda menyimbolkan keberhasilannya lepas dari cangkang yang ketiga.
Setelah itu dia akan menghadapi masalah yang lebih nyata. Dia tidak lagi berada dalam simulasi. Belum tentu ada guru, belum tentu ada teman yang mengambil jalan hidup serupa, dan merasa sudah bukan waktunya bergantung pada orang tua. Dia menemukan dirinya bersama masalah dan pilihan-pilihan yang semakin dihindari semakin menjadi-jadi. Tapi pertumbuhan yang dialami sambil memecahkan cangkang-cangkang tadi membantunya untuk keluar dari proses yang satu ini.
Meskipun ini jalan yang ditempuh rata-rata orang, tidak semua orang begitu. Banyak hal yang dapat membelokkan jalan sehingga seseorang menemukan yang tidak ditemukan orang lain. Pun itu hanyalah cangkang-cangkang utama. Jika melihat lebih dalam kita akan tahu bahwa hari ke hari setiap manusia bergelut dengan takdirnya masing-masing.
Ada yang mampu keluar dalam hitungan jam, namun ada pula yang minggu bahkan bulan. Ada fasilitas dan priviledge yang menjadikan memecah cangkang menjadi lebih gampang, atau rintangan yang membuatnya memakan waktu lebih panjang.
Walaupun tidak tepat secara ilmiah, tapi saya susah lupa pada cerita di buku dongeng hadiah susu Dancow jaman saya kecil dulu. Di sana diceritakan seekor siput yang sibuk berjalan mencari rumah baru yang cukup untuk menampung tubuhnya yang terus tumbuh.
Sepertinya kita juga harus begitu, istiqomah naik kelas dari satu batasan ke batasan yang lebih besar. Mungkin kita tidak akan menjadi manusia terbaik di dunia, tapi kita bisa menjadi versi terbaik yang kita bisa.
0 comments :
Post a Comment