Bukan Menghakimi, Hanya Sedikit Suudzan
Saya punya unpopular opinion yang kalau dituliskan di twitter atau instagram mungkin akan dihujat, atau minimal dirasani. Saya kok merasa susah untuk tidak suudzan ketika melihat teman berpasangan (sepertinya pacaran) pergi ke luar kota berdua saja untuk liburan selama beberapa hari.
Saya jarang buka instagram akhir-akhir ini. Tapi beberapa waktu lalu saya tidak sengaja melihat insta-story salah satu teman lama yang berlibur berdua dengan lawan jenis. Saya jadi agak kepo, bukan karena ingin tahu mereka ngapain aja, tapi cuma penasaran mereka liburan kemana dan berapa lama?
Dari foto boarding pass yang diupload teman saya ini bisa diketahui kalau mereka liburan ke salah satu kota besar di Pulau Sumatera. Sebagai catatan, teman saya ini berdomisili di Jogja. Pertanyaan kemana sudah terjawab dari sini.
Selanjutnya saya iseng mengecek kelanjutan liburan teman saya ini. Kepo sekali ya, sorry. Saya pantau insta-story-nya dan ternyata mereka berdua ini liburan selama 5 atau 6 hari. Setelah dari Sumatera itu mereka ke Bandung by the way. Saya jadi mikir, di tengah mahalnya tiket pesawat liburan multi-kota masih affordable ya?
Begini, menjawab pertanyaan kemana dan berapa lama penting karena itu berkaitan dengan seberapa gampang untuk berprasangka baik. Kalau liburan atau jalan-jalan masih di kota domisili atau sekitarnya saja, masih bisa diharapkan malamnya pulang ke rumah masing-masing. Tapi kalau ke kota yang jauh kemungkinan nginap di hotel, right? Satu poin yang mendekatkan ke arah suudzan.
Saya tahu bahwa belum tentu mereka nginep bersama, saya juga masih punya keyakinan bahwa tidak semudah itu terjadi. Maka masuk ke pertanyaan kedua, berapa lama. Liburan 5-6 hari tentu beda dengan bertemu setengah hari pagi hingga petang. Belum lagi faktor 'melewati malam' yang membuat resiko berlipat tinggi.
Orang yang lebih 'kanan' dan polos dari saya tentu akan lebih muni-muni tentang liburan jenis ini. Tapi orang yang lebih 'kiri' dan liberal dari saya mungkin menganggap saya kolot dan ketinggalan jaman. Itulah alasannya saya menuliskan ini di blog bukan di twitter atau instagram. Alasan lain, takut ada yang merasa tersindir padahal belum tentu saya bicara soal dia.
Adik saya perempuan, yang artinya di keluarga saya ada anak perempuan. Orang tua tidak pernah mengijikan adik saya ini berlibur dengan model seperti ini. Syarat dan ketentuan untuk pergi liburan cukup ketat. Sebagian besar waktu saya juga dijalani di masyarakat yang 'hijau' dan menjunjung budaya ketimuran. Saya sendiri walaupun belum baik tapi mendapat kontrol sosial yang cukup untuk menjauhkan saya dari aktivitas seperti itu.
Saya suka dengan salah quote dari film Jomblo yang dibintangi Ringgo Agus, Christian Sugiono, dkk
Hal-hal kaya gini nih harus dilakukan dengan penuh persiapan, tapi juga . . . tanpa dosaEits saya bukan menghakimi, itu saya tulis dosa di situ karena memang dari filmnya begitu, silakan tonton di youtube. Link film jomblo https://www.youtube.com/watch?v=u1MSnIs0sx4
Saya punya pilihan melihat hal ini, untuk diam saja atau mencoba menasehati. Tapi saya tidak dalam posisi yang nyaman untuk berkomentar langsung di depannya. Maka untuk saat ini saya introspeksi ke dalam saja. Bahwa saya juga punya cara untuk dijalani, dan bukan cara ini.
Astaghfirullah, mudah sekali ya berprasangka buruk
0 comments :
Post a Comment