Bias
Mengapa berimajinasi itu menyenangkan ?
Karena kita bebas, tidak terbatas ruang dan waktu. Bahkan pikiran pun tidak menjadi batasan karena kita bisa mengimajinasikan bahkan yang kita sadari tidak akan bisa terjadi. Dalam eksperimen pikiran itu, kita punya hak penuh untuk memutuskan salah benar dan baik buruk. Lebih penting lagi, kita tidak perlu peduli tentang omongan orang karena tidak ada manusia lain yang tau apa yang kita pikirkan. Hanya kita dan Allah yang tahu.
Kalau ada yang membatasi imajinasi, itu adalah pengetahuan. Kita tidak bisa membayangkan apa yang masih di luar jangkauan pengetahuan kita. Itulah kenapa belajar menjadi penting.
Begitu indahnya hidup ini dalam alam mimpi dan pikiran.
Masalahnya adalah, manusia tidak punya tools untuk mengeluarkan pikirannya secara sempurna. Imajinasi itu seperti ilmuwan handal yang menghabiskan waktunya di laboratorium kesayangannya menciptakan teori dan penemuan baru namun tidak bisa menulis makalah yang baik. Karyanya mengagumkan tapi orang susah paham apa maksudnya.
Ketika kita coba menyampaikan imajinasi kita secara lisan, otomatis ada informasi yang terdistorsi. Selain karena kemampuan berbicara di depan orang yang berbeda-beda masing-masing individu, pada dasarnya kosa kata yang dimiliki manusia terbatas. Betapa sulitnya kita menemukan padanan kata tunggal eager (sangat ingin) dalam bahasa Indonesia dan sinonim kata musuh dalam bahasa jawa.
Tulisan tidak bekerja dengan lebih baik, bahkan lebih terbatas karena tidak adanya intonasi dalam tulisan. Intonasi, impresi, dan ekspresi sangat penting dalam menyampaikan maksud. Jancuk terdengar buruk di jalanan namun jadi jenaka kalau Mbah Tejo yang mengucapkan. Betapa penting yang namanya ekspresi.
Kemarin saya mendapat soal IELTS kira-kira begini.
Nowadays, with the development of the internet, people tend to interact with others through the internet instead of face by face. To what extent it becomes a positive or negative development ?Saya menjawab ini adalah sebuah hal yang positif dengan beberapa alasan selama ada regulasi yang proper untuk membatasi gerak gerik para kriminal cyber. Saya sedikit berbohong karena ada hal yang sebenarnya membuat interaksi non-tatap muka ini menjadi berbahaya, yaitu kemungkinan adanya bias. (saya tidak punya cukup waktu untuk menuliskan soal bias dalam ujian karena penjelasannya pasti panjang)
Betapa banyak perselisihan yang terjadi di twitter atau instagram yang sebenarnya bisa dihindari kalau saja tweet dan komentar itu mengandung ekspresi dan intonasi di dalamnya. Orang coba menambahkan "hahaha", "wkwkw", atau sekedar emoticon untuk menggambarkan suasana hati penulis. Namun itu tidak selalu membantu karena orang bisa punya persepsi yang berbeda tentangnya. Tawa yang kita anggap santun bisa jadi terkesan ofensif bagi seseorang. Masih ada juga orang yang salah pakai emoticon menangis ketawa untuk menyampaikan tangisan duka cita.
Bias adalah kesalahan dalam mencerna informasi, terlalu banyak asumsi sehingga kesimpulan yang didapat melenceng dari apa yang sebenarnya terjadi.
Bukan hanya dalam dunia luas, pada percakapan grup kecil bahkan antara dua individu yang saling mengenal pun bias sangat mungkin terjadi. Pada pembahasan yang sensitif kesalahpahaman bisa muncul jika tidak hati-hati.
Tidak banyak yang bisa dilakukan untuk mengeliminasi bias. Saya nggak bicara politik - yang mana sosmed makin panas menjelang pemilu - karena bias bisa muncul di informasi mengenai apa saja. Dominannya asumsi atas informasi mengakibatkan deduksi menjadi tidak akurat. Itu belum termasuk ulah media massa kurang bahan yang suka asal meneruskan berita hanya demi iklan. Berikut contohnya
Yang bisa dilakukan adalah setiap orang harus memahami bahwa masing-masing individu punya pemikiran, ide, dan imajinasi yang berbeda-beda dan mereka berhak menyampaikannya. Oleh karenanya jangan mudah tersulut jika ada propaganda yang berlawanan dengan apa yang kita pahami. Jangan lupa juga untuk terus belajar karena tingginya pengetahuan memperkecil kemungkinan kesalahpahaman.
Pertengkaran akan lebih mudah diatasi jika semua pihak berpikir dirinya punya lebih banyak sisi salah daripada sisi benar. Kerendahan hati untuk tabayyun dan tetap menjaga komunikasi adalah kunci. Kita sering terlambat menyadari bahwa hubungan baik terlalu berharga untuk dikorbankan hanya demi satu dua pendirian yang tidak prinsipil.
Only miss the sun when it starts to snow
Chandra
gambar : pixabay, twitter
0 comments :
Post a Comment