Saya Cinta Palestina tapi Tidak Ikut Aksi
Hari ini ada Aksi Bela Palestina di Monas. Saya tidak ikut. Ada beberapa alasan sehingga bagi saya rasanya tidak worth it untuk pergi ke Jakarta 'hanya' untuk ikut acara ini.
Bagi orang awam seperti saya, Aksi Bela Palestina ini lebih esensial daripada acara bernuansa sama beberapa hari lalu. Setahun yang lalu ada kasus penistaan agama lalu ditanggapi dengan Aksi Bela Islam dan aksi semacamnya. Bagus, karena pada akhirnya kita sadar bahwa kehormatan agama ini perlu dibela. Tapi perlukah reuni ? hmmm. Jangan-jangan kalau tahu Trump bakal mengeluarkan pidato kontroversial beberapa hari berikutnya reuni itu tidak akan ada.
Seperti kita tahu Trump kemarin mengeluarkan statement yang memicu kehebohan dunia dengan mengatakan bahwa Jarusalem adalah ibukota Israel. Akibatnya konflik di Palestina sana semakin menyala dan berdarah-darah.
Indonesia sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia ikut panas. Muncul gerakan-gerakan dan kampanye untuk membantu saudara-saudara yang berjihad di Palestina. Bagus, kalau kata Ust. Hanan Attaki di jaman sekarang bangsa-bangsa seperti Palestina, Syria, dan Rohingya adalah kaum 'Muhajirin' sedangkan bangsa damai seperti Indonesia, Malaysia, dan Brunei adalah kaum 'Ansor'. Sudah seharusnya bangsa-bangsa damai dan makmur memberikan kepedulian besar atas saudaranya.
Seperti Anda, saya juga cinta Palestina. Tapi...
Kalau tadi saya katakan ada beberapa alasan yang membuat saya tidak begitu simpatik dengan aksi ini adalah ketidaksukaan saya pada beberapa kelompok atau pihak yang terlibat. Walaupun saya bilang aksi ini esensial, nuansa aksi ini tetap relatable dengan aksi-aksi sebelumnya dan saya terlanjur tidak simpatik dengan aksi-aksi itu. Saya sepakat dengan ide yang mendasari aksi-aksi ini. Tapi jujur saya lelah menyaksikan drama-drama di belakangnya dan perselisihan yang terjadi di level akar rumput.
Maaf kalau sangat subyektif, saya sadar bahwa kalau sudah tidak suka dengan sesuatu segalanya jadi tampak tidak baik. Tapi faktanya bahkan saya terpaksa kehilangan respect pada seorang guru yang dulu saya anggap sangat intelek tapi kini sering membagikan informasi-informasi tidak akurat dan dipaksakan untuk menyalahkan pihak lain, bahkan kadang berisi ujaran kebencian.
Saya punya prinsip, untuk mendapatkan gambaran paling murni tentang sesuatu, carilah petunjuk dengan rantai informasi terpendek. Saya orang yang internet-active, tapi sangat menghindari berita yang isinya "katanya-katanya", tanpa sumber yang jelas, bahkan kadang cacat logika. Sayangnya berita seperti ini sangat banyak tersebar di internet, membuat berita salah memang lebih mudah daripada membuat berita benar. Kebiasaan selektif ini memang kadang-kadang membuat saya ketinggalan berita, tapi sisi baiknya adalah saya tidak banyak terpengaruh oleh buzzer-buzzer yang belum tentu kredibel.
Video wawancara atau pidato yang tidak dipotong, berita yang narasumbernya terlibat dalam peristiwa, dan sumber berita non profit yang jauh dari kepentingan adalah alternatif referensi yang menurut saya lumayan baik. Sayangnya yang seperti ini seringnya sulit dicari.
Masyarakat muslim Indonesia terpolarisasi sejak kasus penistaan agama dan pilkada yang heboh itu. Di sisi lain informasi bias tersebar dengan sangat cepat. Perdebatan terjadi dimana-mana dan sebagiannya tidak menghasilkan solusi, malah banyak saya temui di sosial media dimana sesama teman jadi saling menyalahkan.
Saya pun berjudi dengan tulisan ini. Walaupun pembacanya belum banyak-banyak amat, tetapi pasti ada diantara teman-teman yang membaca ini yang tidak sependapat dengan saya. Tolong kalau saya salah diingatkan, tapi jangan buta-buta membeci saya karena tulisan ini. Jangan-jangan nanti banyak keputusan memilih menantu dipengaruhi stance dalam hal-hal ini heuheu...
Kalau saya pada akhirnya berempati atau membantu saudara-saudara di Palestina, itu bukanlah karena terinspirasi dari aksi hari ini. Tetapi itu karena hidayah Allah melalui gambaran-gambaran peristiwa yang terjadi di Palestina yang saya akses dari sumber-sumber referensi yang saya yakini tadi.
Nasehat dekat dengan kata "kebenaran" dan "kesabaran"
Sama seperti Anda, saya juga cinta Palestina
Save Palestine
Salam damai,
Chandra
0 comments :
Post a Comment