The Universal Game
nb. mungkin di tulisan ini tidak ada premis yang dominan atau moral value yang bisa diambil, saya cuma tiba-tiba terinspirasi kartu remi.
Melihat kartu remi (playing cards), saya jadi terpikir sesuatu. Betapa hebat benda yang satu ini. Kartu remi adalah hardware yang dapat diinstal berbagai jenis program. Bayangkan saja, hanya terdiri dari 52 kartu tapi ada ratusan bahkan ribuan permainan yang dapat dilakukan dengan alat ini.
Saya tidak habis pikir bagaimana dulu penemunya menciptakan ini. Atau mungkin dulunya si penemu cuma membuat satu dua permainan dengan kartu ini tapi seiring berjalannya waktu berkembang inovasi-inovasi baru dari penggunanya di seluruh dunia. Kalau begitu berarti kartu remi sama canggihnya dengan program komputer jaman sekarang, memiliki community support yang luas dari seluruh dunia, orang-orang membuat patch-patch lalu membagikannya di forum. Open source, macam Linux. Wow.
Di Indonesia saja jenis permainan kartu ada banyak. Remi, 41, omben, cangkul, poker, jib-jiban dll. Kalau di luar negeri selain poker masih ada solitaire, blackjack, bridge. Belum lagi mainan sulap, rumah kartu, bahkan ramalan nasib. Sayang memang untuk sebagian kalangan kartu remi memiliki konotasi buruk karena dianggap dekat dengan judi.
Sebagai permainan board game, kartu remi mungkin yang paling banyak dimainkan. Dia dimainkan mulai dari warung kopi sampai arena olimpiade, gile. Remi jauh lebih universal daripada kartu domino atau adiknya lagi, Uno, yang harganya jauh lebih mahal.
Sekarang banyak sekali board game yang sudah dibuat versi digitalnya. Bahkan sejak jaman Windows XP dan Intel Pentium dulu Solitaire sudah jadi salah satu game bawaan Windows paling favorit, hayo siapa yang belum pernah main ?
Poker sekarang sudah banyak versi mobile-nya di Android dan iOS. Blackjack bahkan di hp Symbian dulu seingat saya sudah ada.
Walaupun begitu tetap ada yang kurang kalau cuma main via hp atau komputer. Board game, terutama remi yang cabang permainannya banyak adalah sarana pertukaran budaya yang efektif. Maklum, walaupun sama-sama di Indonesia tapi aturan main tiap daerah bisa beda. Sama-sama poker aja masih ada pilihan mau pakai aturan angkringan atau aturan Las Vegas wkwk.
Satu hal yang hampir tidak mungkin terjadi : main kartu tanpa misuh. Kartu adalah bahasa yang dipahami setiap orang. Orang yang belum saling kenal, kalau main kartu bareng bisa jadi guyon bareng, rame bareng. Dan kalau sudah saling misuh tanpa menyakiti artinya mereka sudah jadi teman :D
Hahaha itu pikiran random saya yang tiba-tiba muncul waktu melihat kartu remi. Tiba-tiba ingatan terlempar ke masa-masa lalu waktu masih sering main kartu. Sekarang sudah jarang, paling sering main karambol di lab komputer kampus di sela-sela TA karena itu mainan yang tersedia.
Saya kenal kartu remi sejak dulu tapi tidak pernah benar-benar melihat orang berjudi menaruh uang[1]. Jadi dulunya saya agak heran ketika ada orang yang mengasosiasikan kartu remi dengan judi. Yaa walaupun saya punya pengalaman, tukang rujak eskrim langganan saya di dekat Masjid Agung Bantul pernah tutup beberapa bulan, saya pikir bapaknya sakit atau kenapa, ternyata ditahan polisi gara-gara ketahuan main judi di acara nikahan tetangganya -_-
Saya tidak setuju dengan orang yang main kartu di pos ronda sambil ngopi sampai pagi apalagi sambil judi, tidak adakah hal lebih bermanfaat ?
Tapi bagaimanapun kartu remi adalah permainan yang canggih. Satu set kartu untuk ribuan permainan. Permainan yang sangat mudah dimainkan di mana saja dan kapan saja. Mengasah cara berpikir, intuisi, prediksi, dan kadang juga ingatan. Dan yang paling penting bisa menambah teman.
It's not about the cards you've been dealt. It's how you play your hand
Let's play! Shuffle it!
Chandra
[1] Saya belum pernah melihat orang berjudi kartu dengan uang di meja, tapi kadang-kadang pemain memang tidak melakukan itu. Mereka membuat catatan semacam scoring yang nanti somehow dikonversi jadi nilai uang.
sumber gambar : Pixabay (free)
0 comments :
Post a Comment