Di Penghujung #4 : Amanah Baru
Software Engineer
Waktu itu Bulan Juni, saya mempresentasikan progress report TA di perusahaan, terakhir sebelum mudik lebaran. Saat itu saya agak terkejut ketika secara langsung ditanya, "kamu setelah ini mau ngapain ? kalau mau gabung di sini bisa". Saat itu saya belum menyusun CV dengan proper, belum punya ijazah atau SKL, tidak ada sertifikat bahasa inggris, bahkan tugas akhir belum ditulis (ini beneran, cerita tentang TA bisa dilihat di sini dan di sini)
Sedikit flashback, dulu di tingkat 1 ada kuliah Tata Tulis Karya Ilmiah (TTKI), semua mahasiswa ITB mendapat kuliah ini. Isi dari kuliah ini adalah latihan membuat karya tulis ilmiah. Tugas besarnya yaitu menulis sebuah KTI yang berhubungan dengan bidang studi masing-masing, berkelompok 3 orang. Waktu itu kelompok saya berencana menulis tentang pembangkit listrik tenaga air (PLTA) di daerah Dago Pakar, Bandung. Kami sempat kesana tapi ternyata untuk wawancara atau meminta data harus disertai surat pengantar dan lain sebagainya. Kami memilih mencari topik lain yang lebih mudah dicari datanya.
Saya ingat punya saudara yang bekerja di sebuah perusahaan simulator di Bandung. Saya coba hubungi dan menjelaskan tugas yang sedang kami kerjakan. Ternyata kami di ajak langsung ke kantor melakukan wawancara dan jalan-jalan melihat workshop mereka. Workshop yang lokasinya di daerah Mekarwangi, Dago atas itu berisi perangkat-perangkat simulator pesawat, helikopter, dan tank.
Di tingkat tiga saya mengajukan kerja praktek (KP) di sana selama kurang lebih 2 bulan. Alasan awalnya hanya 'birokrasinya gampang' karena sudah punya koneksi. Cerita tentang kerja praktek ada di sini. Selesai kerja praktek saya malah ditawari beberapa topik tugas akhir untuk dikerjakan di sana. Jadi sekarang pembimbing TA saya ada 2, satu dosen dari kampus, dan satu dari perusahaan itu.
Ternyata tidak selesai sampai di situ. Banyaknya proyek yang dikerjakan memaksa mereka untuk mencari SDM baru, terutama di bagian software engineering. Jadilah saya ditawari untuk bergabung, seperti yang saya ceritakan di atas. Mengingat biasanya momok bagi mahasiswa yang baru lulus adalah masa menganggur, tawaran ini sangat saya syukuri. Alhamdulillah sekali, saya bersyukur masih Juni sudah mendapat tawaran pekerjaan.
Maka nikmat Tuhan yang manakah yang kamu dustakan ?
Bersyukur
Alhamdulillah tugas akhir saya selesai lebih cepat daripada rencana. Itu bukan karena saya over-rajin, tapi memang pekerjaannya dikurangi. Dosen pembimbing memutuskan bahwa saya tidak perlu sampai melakukan implementasi hardware, which is itu mungkin sekitar 30% dari pekerjaan.
And you know kenapa saya malah dapat 'keringanan' ?
Pak dosen memang nggak menyampaikan langsung secara jelas, tapi sepertinya beliau berencana memperbantukan saya pada proyek yang sedang dikerjakan dosen-dosen. Saya tahu rencana itu dari senior di penerbangan yang sekarang menjadi asisten akademik FTMD yang juga sekosan sama saya.
Pihak perusahaan tempat saya bernaung juga begitu. Daripada mengerjakan proyek simulator aerobatik yang sifatnya sekunder ini, mending saya ikut di proyek yang lebih serius dan sudah dekat deadline. Sampai akhirnya terjadi diskusi asik di BTC sore-sore itu.
Dosen : "Chandra, anda ada motor ?"
Me : "Ada Pak, bagaimana ?
Dosen : "Ketemunya di Dunkin donut BTC saja bisa ? daripada saya bolak-balik"
Me : "Oh siap Pak, tapi saya agak telat 15 menit"
Dosen : "Oke nggak papa saya tunggu"
Kebetulan saat itu saya ada janji juga dengan saudara saya yang di perusahaan itu. Rencana ketemu bada maghrib tapi ternyata urusannya selesai lebih cepat.
Me : "Mas, aku sore posisi di dunkin BTC, ketemu di sana aja yo"
Dia : "Oke aku jam 5an dah beres"
Bimbingan pun dimulai, ditemani donat dan segelas lemon tea karena dipaksa Pak Dosen untuk pesen, ditraktir. Ternyata saudara saya ini cocok ngobrol dengan pak dosen karena backgroundnya sama-sama industri di bidang software dan simulator. Mereka punya pengalaman yang sama dalam dunia simulator tempur. Jadilah lebih banyak ngobrol ngalor-ngidulnya daripada bahas TA. Saya lebih banyak menyimak karena memang belum paham betul soal ini. Tapi obrolannya sangat berbobot, so interesting.
Jam 6 lebih obrolan berakhir karena kami belum salat maghtib. Di akhir seperti terjadi kesepahaman antara kami bertiga. Kesepahaman bahwa dari Agustus (sidang) - Oktober (wisuda) saya masih digondeli untuk tetap di kampus mengerjakan proyek. Lalu setelah Oktober saya ditarik full time ke perusahaan. Selain itu, di periode Agustus-Oktober itu jika memungkinkan saya diminta sudah mulai part-time di perusahaan dan selepas Oktober kalau bisa masih bantu-bantu di kampus.
"Halah kerjanya jam berapa sampai jam berapa to, sabtu minggu kosong juga to", kata dosen. Bagaimana saya nggak tersanjung ? atau malah terbebani...
Dibilang beban ya memang beban. Kadang saya merasa masih belum cukup belajar selama 4 tahun di kampus. Tapi saya nggak boleh kejam pada diri sendiri. Kalau memang dipercaya ya laksanakan sebaik mungkin. Kesempatan tidak selalu ada. Amanah tidak memilih pundak yang salah. Di sisi lain mungkin ini jawaban dari doa saya untuk 'mandiri semuda mungkin'.
Alhamdulillah. Doakan ya, semoga lancar :)
Tapi...revisian dulu
Saya memulai studi hanya bermodal seneng dengan pesawat terbang, tak jelas apa yang akan saya lakukan nanti dengan ilmu yang didapat di sini. Tapi ada hal-hal yang bekerja dengan modal iman. Sesimpel minum obat, saya tidak tahu bagaimana obat bekerja, tapi percaya bahwa itu berguna. Begitu juga dengan belajar, jangan mendustakan ilmu.
Chandra
0 comments :
Post a Comment