Mens Sana in Corpore Sano
Badan gampang capek, ngantukan, kaku, perut mengembang karena lemak menumpuk. Itu keluhan-keluhan saya beberapa semester yang lalu. Awalnya seneng dibilang gendut karena sejak TK selalu dipuji kurus. Waktu lulus SMP dulu BMI saya cuma 17 koma. Sekarang lumayan, plus minus di angka 22, idealnya 18 sampai 24 kan ya, masih oke. Kalau membandingkan foto kartu pelajar SMA sama KTM sekarang orang-orang selalu ngakak. Pangling.
Tapi lama-lama jengah juga karena gendutnya karena lemak. Parahnya dulu sering begadang nglembur tugas jadi lupa pola hidup sehat. Everything is getting worse. Ketika kesadaran tentang kesehatan muncul dan ada anekdot diantara teman-teman : #wisudabadanbagus, saya coba hijrah.
Masalahnya saya bingung mau mulai dari mana. Sampai akhirnya ada ajakan untuk ikut latihan futsal lagi, persiapan Olimpiade KM ITB kalau nggak salah waktu itu. Bangga aku, pernah dilatih sama pemain timnas futsal, Eko Sutrisno wkwk nuhun coach. Latihan bersama Futsal KMPN mulai keliatan efeknya. Badan jadi enteng, segar, daya tahan meningkat juga karena sering happy-happy main futsal. Latihan berlanjut untuk persiapan Kampoeng Bola. Lumayan minimal seminggu latihan 2 x 2++ jam. Belum lagi ada fun futsal kadang-kadang.
Akhirnya motivasi untuk lebih sehat lewat olahraga meningkat. Untuk urusan meningkatkan muscle mass saya pakai panduan aplikasi, supaya ada unsur gamifikasinya. Karena objective-nya sekedar untuk sehat, bukan jadi binaragawan, nggak perlu lah pakai suplemen aneh-aneh atau diet ketat.
Olahraga makin gencar setelah masuk virus badminton. Sekarang kami punya agenda rutin badminton tiap kamis malam. Kami daftar member di salah satu GOR di dekat Itenas Bandung. Saya juga beli raket yang lumayan oke lah untuk pemain amatir, selain untuk gizi makan, jargon 'jangan kurang-kurang' juga berlaku untuk olahraga lah.
Selanjutnya panahan. Gegara sering bergaul di TES, saya jadi tertular virus jemparingan. Karena masih ragu awalnya saya mulai dengan panah kayu 300rb-an yang saya beli di Tokopedia. Tapi cuma sebulan dipakai udah patah. Karena mulai suka saya ganti yang lebih serius. Atas rekomendasi teman yang ikut Pasopati ITB (UKM Panahan di ITB), saya coba datang ke Vieneth di dekat Stasiun Bandung. Ternyata rekomendasinya jitu, di sana semua kebutuhan olahraga panahan lengkap pooll. Terakhir kemarin saya akhirnya membuat archery range di kosan biar bisa main kapanpun, lumayan ada ruang kosong 6 meter.
Sekarang tambah lagi, futsal rutin setiap rabu sore sama teman-teman kampus. Jadi sekarang tiap minggu ada jadwal futsal rabu sore, futsal minggu pagi, badminton kamis malem, plus badminton lagi yang jadwalnya ganti-ganti, ada juga panahan di kosan dan setiap sore di TES plus kadang sabtu pagi di Tahura. hahaha alhamdulillah. Dulu ini sebatas doa.
Jer basuki mawa bea. Saya percaya bahwa investment di aktivitas olahraga itu sangat baik, apalagi untuk laki-laki. Yang pertama jelas bahwa olahraga itu penting untuk kesehatan. Badan ini bukan barang sewaan yang bisa ditukar kalau terlanjut rusak. Jadi mumpung masih muda being active itu penting. Kedua, tipikal laki-laki membutuhkan hobi untuk penyaluran kebutuhan emosinya. Belum lagi kalau sudah punya duit lanang, makanya saya maklum kalau ada bapak-bapak yang spend uang dalam jumlah besar untuk beli alat pancing atau sepeda.
Memang butuh energi aktivasi yang lumayan besar untuk memulai berolahraga. Tapi karena (katanya) olahraga merangsang produksi hormon kebahagian yang sifatnya candu, pasti lama-lama nagih. Faktanya setiap rabu dan kamis saya jadi semangat ngapa-ngapain karena tahu sore dan malemnya hepi hepi. Daripada menghabiskan waktu untuk yang tidak tidak, mending olahraga yok.
Yasudah begitu dulu, aku tak badminton sek ya teman-teman :)
Chandra.