Saya malu ketahuan baru nonton film 3 Idiots sekarang hahaha. Saya maklumi keheranan mereka, itu film bagus dan booming pada jamannya. Saya browsing, itu adalah film keluaran 2009 dan memiliki rating tinggi. Saya telat 8 tahun nonton film itu. Teman-teman bertanya, kemana aja saya selama ini.
Tentang ke-kudet-an saya ini dibicarakan nanti saja, saya ingin lebih dulu berkomentar tentang film 3 Idiots. Bukan review atau resensi karena percuma sebagian besar dari Anda pasti sudah nonton film ini. Kalaupun ada yang belum, semoga ini ada manfaatnya.
3 Idiots adalah sebuah kritik terhadap sistem pendidikan kita. Yaitu sistem pendidikan yang mendewakan nilai dan grade. Sistem dimana siswa (dan mahasiswa) dirangsang untuk berkompetisi, instead of berkolaborasi.
Alasan kesetaraan dan efisiensi menjadi alasan digelarnya sistem pendidikan yang menyamaratakan input dan metode pengajaran. Kekhawatiran mulai muncul dari berbagai pihak mengenai hal ini. Tentang sistem yang dikatakan 'pendidikan modern' ini. Saya sempat menulis tentang itu
di sini .
Ada 3 tokoh utama dalam 3 Idiots yang berperan sebagai mahasiswa teknik mesin Imperial College of Engineering (ICE). Pertama, Ranchodas Chanchad, seorang genius yang memiliki alur berpikir agak aneh. Sangat cerdas tapi anti sistem rangking. Kedua, Farhan Qureshi, mahasiswa yang dipaksa kuliah di bidang teknik padahal passionnya adalah fotografi alam. Ketiga, Raju Rastogi, mahasiswa yang memiliki krisis kepercayaan diri.
Dipersatukan di asrama, ketiganya menjadi sahabat karib. Konflik-konflik muncul karena ketidakcocokan mereka dengan sistem yang ada dan ditambah hubungan kurang baik dengan 2 orang, Dr. Viru Sahastrabuddhi (Director) dan Chatur Ramalingam (mahasiswa gila rangking).
Jalan cerita film ini berkelok-kelok serta dibumbui komedi, wisdom, cinta, dan
plot twist tak terduga. Namun, pada akhirnya Rancho berhasil membantu kedua sahabatnya sekaligus membuktikan kata-katanya yaitu :
Never study to be successful, study for self efficiency. Don’t run behind success. Follow behind excellence, success will come all way behind you - Rancho
Beberapa quote menarik dari film 3 Idiots :
If I pass, it'll be because of my own ability. Otherwise it's okay if I fail. - Raju
Do you know why I come first ? Why ? Because I'm in love with machines. Engineering is my passion! - Rancho
Give me some sunshine. Gove me some rain. Give me another chance. I wanna grow up once again - Joy Lobo
Pursue excellence and success will follow you - Rancho
Today my respect for that idiot shot up. Most of us went to college just for degree. No degree meant no plum job, no pretty wife, no credit card, no social status. But none of this mattered to him, he was in college for the joy of learning, he never cared if he was first or las - Farhan, about Rancho
Okay, masuk ke topik : Idiot man pursuing excelence
Saya termasuk orang yang sensitif terhadap film, mudah tersentuh. Andai saya nonton film ini tahun 2009 - kelas 3 SMP - mungkin saya menjadi orang yang berbeda sekarang. Bukan saya tidak mensyukuri keadaan saya saat ini, tapi entah jadi lebih baik atau lebih buruk, pasti akan berbeda.
Saya seperti memakai kacamata kuda selama sekolah. Terlalu banyak belajar. Tidak setiap waktu memang, tapi tetap terlalu banyak. Organisasi di sekolah masih ikut tapi tidak terlalu aktif. Di rumah agak lebih sibuk beraktivitas di organisasi pemuda dan TPA.
Tapi fokus utama saya saat itu hanya belajar untuk mendapatkan rangking. Sangat bureng (pemburu rangking). Susungguhnyalah saya hanya menikmati beberapa bidang pelajaran seperti matematika dan fisika. Tapi demi rangking saya kejar semua as good as possible. Dan baru saya tahu setelah lulus, it's not always good.
Ada benarnya juga perkataan salah satu teman. Bahwa saya bisa masuk ITB salah satunya karena keputusan itu. Ini alasan mengapa saya tidak bisa menyimpulkan keputusan saya dulu sebenarnya baik atau buruk. Sebab dalam pendidikan formal, perguruan tinggi adalah tahap paling puncak.
Saya berusaha mensyukuri keadaan saya saat ini dengan melihat bahwa yang telah saya lakukan kemarin-kemarin semasa sekolah adalah sebuah investasi. Masa SD biarlah, pada tahap itu orang belum cukup dewasa untuk memahami konsep benar-salah, baik-buruk, penting-tidak penting. Tapi 6 tahun di SMP-SMA berbeda.
Di SMP dan SMA selayaknya seseorang sudah bisa mengambil keputusan untuk hidupnya. Dan saya juga sudah mengambil keputusan. Keputusan yang dalam pikiran saya pun masih debatable, abu-abu mengenai benar-salahnya.
Okay, saya putuskan mengambil tempat sebagai orang yang bersyukur.
Kalaupun dulu saya mengambil keputusan yang salah, saya ikhlaskan. Setidaknya keputusan itu juga lah yang melemparkan saya ke kampus ini. Saya belajar dan belajar, walaupun mengejar sesuatu yang agak semu. Tapi Allah tidak pernah ingkar janji, siapa berusaha akan berhasil. Sekarang Allah memberikan kesempatan kepada saya untuk memperbaiki keputusan-keputusan masa lalu yang sekiranya salah.
Tidak ada yang salah dengan belajar. Masalahnya adalah saya over-focused. Saya hanya melihat ke depan, tepat seperti memakai kacamata kuda. Akibat buruk over-focused ? Tidak melihat hal-hal baik yang berseliweran di kiri kanan.
Contohnya, blog sudah berkembang di Indonesia sejak awal 2000an. Tapi saya baru mengerti apa itu blog tahun 2013, saat awal kuliah. Sampai akhirnya jadi hobi menulis sampai sekarang. Saya dulu tidak tahu ada buku-buku bagus, sekarang setelah tahu jadi sering baca. Inilah kenapa saya bilang saya kudet. Selain waktu itu akses terhadap informasi belum seperti sekarang, saya sendiri kurang inisiatif dalam mencari informasi. Saya jadi tidak banyak tahu.
Masih banyak contoh lain dimana saya telat mengerti. Akibatnya sekarang sering bertanya-tanya, "loh kok aku baru tahu sekarang ya?". Makanya, 3 Idiots saja baru nonton sekarang. Hahaha
Saya memakai kacamata kuda. Memang tampak sukses, tapi tidak excelent (unggul). Tajam secara teori tapi tumpul dalam praktek. Bahkan pernah saya dulu saat awal-awal lulus tidak dipercaya untuk memegang amanah penting dalam acara alumni. Saya tidak dipercaya mempunyai kapabilitas.
Give me another chance. I wanna grow up once again
Bandung dan kampus di Jalan Ganeca ini memberikan kesempatan kedua. Saya merubah haluan. Ingin rasanya menjadi orang yang berguna dan dipercaya. Sedikit-sedikit saya merubah cara menjalani proses belajar.
Alhamdulillah, saya merasa beruntung. Pertama, karena kondisi kampus dan lingkungan sesuai dengan yang saya inginkan. Saya bukan anak manja, tidak ada masalah bahwa saya harus mengurus makan dan kebutuhan lainnya sendiri. Tapi dengan berada di perantauan, saya lebih bebas mengambil keputusan. Tak perlu ijin jika akan pulang pagi atau bahkan tidak pulang, lebih bebas bersosialisasi, lebih bebas mengatur diri.
Lingkungan kampus juga begitu, mungkin ini salah satu kampus dengan budaya paling 'bebas' di Indonesia. Pergaulan dengan dosen dan staf yang bersahabat, definisi 'rapi' yang fleksibel dalam hal berpakaian, heterogennya bahasa, dll telah mengeluarkan saya dari kekakuan lingkungan selama ini.
Kedua, saya berada di bidang yang menjadi passion saya : teknik penerbangan. Akibatnya saya bisa mengeksplor diri, menekuni hobi, dan berorganisasi. Alhamdulillah saya jadi bisa menyelami dunia robotika, menggeluti pesawat remote control, mencari ilmu dari buku, menulis dan mendesain blog, menjadi pemain futsal, dan bersenang-senang membuka mata lebar lebar bagi setiap kemungkinan, dengan tetap mempertahankan kondisi akademik pada level baik.
Alhamdulillah lagi dan lagi...
Ya Allah, ampuni saya jika selama ini terlalu banyak mengeluh. Bawasannya baru saya pahami bahwa setiap orang punya jalan dan masanya masing-masing. Membandingkan kelemahan diri dengan kelebihan orang lain adalah senjata perusak kedamaian paling mutakhir.
Posisi kita sekarang adalah buah keputusan kita 10 tahun yang lalu. Dan keputusan kita hari ini menentukan menjadi apa kita 10 tahun yang akan datang.
Sekian cerita saya mengenai kesadaran yang dipicu hal sederhana : film 3 Idiots. Maaf kalau agak panjang, saya lega telah menuliskannya dan semoga bermanfaat buat Anda.
Hikmahnya, banyak-banyak bersyukur. Ilmu masuk ke tempat yang bersih :)
Salam,
Chandra Nurohman