Terima kasih kepada Himpunan Mahasiswa Mesin (HMM ITB) yang telah menyelenggarakan acara yang sangat berkualitas tadi pagi.
Hari ini, Sabtu (14/1/16) HMM ITB menyelenggarakan M-Seminar bertajuk Formula 1 : Sebuah Sinergi Antara Mimpi dan Engineering. Seminar ini diisi oleh Stephanus Widjanarko (Aerodynamicist Scuderia Torro Rosso F1 Team) dan Roy Daroyni (Kolumnis dan komentator TV Formula 1). Keduanya adalah alumni Teknik Mesin ITB. Pada acara ini hadir pula perwakilan dari Ikatan Alumni ITB. M-Seminar hari ini diselenggarakan di Auditorium CC Timur ITB.
Bahasanya formal banget ya macem berita. Langsung ke materi saja. Saya sempat merangkum sebisanya beberapa hal dari seminar tadi.
Staphanus Widjanarko - Aerodynamicist STR F1 Team, satu-satunya WNI di F1
Stephanus Widjanarko akrab dipanggil "Tephie" semasa kuliah. Beliau adalah bagian dari Teknik Mesin ITB angkatan 2004. Masuk tahun 2004, keluar 2008, dengan IPK 3.94. Selepas kuliah sempat masuk ke Chevron selama 1 tahun. Tahun 2009 melanjutkan studi master (MSc) di Twente University dan selesai tahun 2011. Setelah sempat magang di Vestas Wind System (Denmark) dan Dutch Aerospace, beliau mendapatkan pekerjaan pertamanya di Scuderia Torro Rosso tahun 2013. Sampai saat ini beliau ada di bagian aerodinamika. Hari ini beliau berbagi cerita dan pengalamannya yang keren itu.
Scuderia Torro Rosso adalah salah satu tim 'kecil' di Formula 1. Mereka berperan seperti 'tim junior' dari Red Bull. Mereka mendapat dana dan beberapa fasilitas dari Red Bull. Laboratorium aerodinamika STR berlokasi di Italia, 20 menit berkendara dari sirkuit Imola.
|
Stephanus Widjanarko | sumber : Linked In |
Ada hal menarik di Formula 1, tentang tim 'kecil'. Walaupun berada di lintasan yang sama, mereka sangat tahu diri. Tidak ada gunanya bersaing dengan tim besar lagi tajir macam Ferrari, Mercedes, atau Red Bull. Melawan mereka hanya akan menghabiskan ban dan bahan bakar.
Tim-tim besar ini punya anggaran mencapai 500 atau 600 juta US dollar dalam setahun (yang dilaporkan), sedangkan STR hanya memiliki 150 juta. Tim kecil sangat terbatas dalam melakukan variasi dan optimasi mobil. Mereka tidak memiliki resource yang dimiliki tim besar. Faktanya, untuk semua tim F1 hanya ada 4 supplier engine yaitu Ferrari, Honda, Renault, dan Mercedes.
|
Mobil Torro Rosso | http://www.f1fanatic.co.uk/ |
Meski begitu, menjadi 1 dari 350 kru Torro Rosso sudah cukup memberikan tekanan dan tuntutan yang besar bagi Tephie. Tim dituntut menghasilkan mobil berperforma prima, cocok bagi driver, dan memenuhi regulasi. Sebagai aerodynamicist, Tephie bertanggung jawab untuk menghasilkan surface luar mobil untuk selanjutnya digabungkan dengan input dari bidang kajian lain.
Mendesain mobil balap, apalagi F1 memiliki kemiripan dengan mendesain pesawat terbang. F1 is engineering war. Dalam pembuatannya harus digabungkan pertimbangan dari segi aerodinamika, struktur ringan (crashworthiness), sistem, dll.
Setelah desain dibuat dan 'ditabrakkan' antar berbagai bidang kajian, mobil dimanufaktur dan diassembly. Bahan utama mobil F1 adalah komposit sehingga mobil sangat ringan. Setelah dirakit kemudian mobil dilakukan track testing untuk mengetahui performanya. Mobil yang siap balap kemudian diserahkan kepada Race Engineer dan Race Mechanics untuk dilakukan setup sesuai kebutuhan track, pembalap, dan kondisi balap.
Hampir 4 tahun berkecimpung di Formula 1, Tephie mengetahui banyak hal menarik dan gosip-gosip yang tidak diketahui orang awam. Misalnya tentang kejadian ketika testing. Pada percobaan pertama mobil berjalan dengan baik. Pada percobaan kedua ternyata engine overheat. Para engineer mencari tahu penyebabnya namun tak kunjung ditemukan. Akhirnya diketahui bahwa penyebabnya adalah driver ganti helm, sesederhana itu. Ternyata pada helm driver dipasang winglet untuk memberikan downforce ke kepala driver agar tidak terangkat pada kecepatan tinggi. Helm yang dipakai pada percobaan kedua memiliki winglet terlalu besar sehingga mengganggu aliran udara yang masuk ke sistem cooling akibarnya mesin kepanasan. Mobil F1 sangat sensitif.
Hal mengasyikkan bagi engineer Formula 1 adalah 'mengakali' regulasi dan mencari loopholes. Regulasi FIA sangat ketat untuk alasan safety dan 'kemenarikan' F1. Namun, untuk menghasilkan mobil yang kompetitif, tim-tim selalu berusaha mencari celah dan melakukan inovasi. Contoh yang telah dilakukan adalah lubang pada nose dan double decker duct.
Tephie masih sangat menikmati pekerjaannya di F1. Beliau menyarankan bagi anak muda yang ingin berkarir sebagai engineer di F1 dapat melanjutkan studi ke universitas-universitas yang memiliki koneksi dengan F1 maupun mengikuti Formula Student.
Roy Daroyni - Kolumnis dan F1 TV Comentator, tulisan-tulisan kerennya di sini
Roy Daroyni adalah alumni Teknik Mesin ITB angkatan 1992. Beliau sebenarnya bekerja di industri yang tidak berhubungan sama sekali dengan otomotif atau balapan. Namun, sejak muda beliau memang hobi mengikuti segala hal tentang balap dan F1. Kemauannya untuk mencari informasi dan belajar memberikan pemahaman teknis yang cukup banyak.
|
Roy Daroyni (kanan) sebagai komentator F1 | twitter |
Beliau tidak pernah berencana menjadi komentator di TV. Awalnya beliau hanya sering menulis mengenai F1 di milist. Karena sering menulis dan dianggap paham F1, namanya terdengar oleh produser. Beliau dihubungi oleh TPI pada tahun 2004 diminta menjadi komentator F1. Sejak saat itu beliau menjadi langganan TV dan sering diundang juga bila balapan diselenggarakan di negara tetangga Malaysia dan Singapura.
Menurut Pak Roy, Formula 1 adalah sport dan bisnis. F1 melibatkan perputaran dana yang sangat besar. Unsur bisnis sangat kental dalam penyelenggaraannya. Hal yang menarik, tim-tim di F1 sebenarnya 'merugi' secara finansial karena menang sekalipun tidak akan balik modal. Mereka mengharapkan keuntungan dari bidang lain misalnya penjualan mobil konvensionalnya. Mahalnya olahraga ini juga menjadikan Singapura dan Malaysia enggan memperpanjang kontrak sebagai tuan rumah F1. Jadi, bagi Anda orang Indonesia yang ingin nonton F1 live, dekat, dan murah, sebaiknya tahun 2017 ini.
Untuk menjadikan bisnis F1 tetap terjaga, perlombaan dibuat semenarik mungkin. Caranya adalah melalui pembuatan regulasi yang mencegah dominasi tim atau pembalap tertentu. Selain alasan itu, regulasi dibuat juga untuk kepentingan safety. Sejak insiden yang menewaskan Ayrton Senna tahun 1994 di Italia, keselamatan menjadi sangat diperhatikan oleh FIA. Contoh regulasi yang dibuat adalah engine yang dibatasi hanya 1600 cc. Sebagai perbandingan, ini lebih kecil daripada kapasitas mesin Toyota Innova.
Saking amannya mobil F1 dengan kajian crashworthiness-nya sampai ada idiom, "tempat paling aman di lintasan adalah di dalam mobil itu sendiri".
Terdapat beberapa faktor penting dalam Formula 1, yaitu :
1. Power
2. Grip
3. Center of gravity
4. Weight distribution
5. Balance
6. Fuel tank (position, CoG)
Power berkaitan dengan kekuatan mesin. Namun di lapangan grip malah menjadi faktor lebih penting. Kondisi ban sangat memengaruhi performa mobil. Lap time akan menjadi lebih panjang secara signifikan bila kondisi ban sudah aus. Center of gravity, weight, dan balance berkaitan dengan dinamika mobil. Fuel tank didesain sedemikian sehingga pusat massanya dekat dengan pusat massa mobil. Tujuannya adalah pengurangan berat bahan bakar tidak terlalu memengaruhi kondisi mobil keseluruhan.
Ada 3 hal yang perlu dilakukan oleh tim-tim untuk mendapatkan keunggulan dalam perlombaan. Pertama, research and development. Namun hal ini sudah umum dan dilakukan oleh semua tim. Faktor yang menentukan justru inovasi dan kemampuan 'mengakali' regulasi. Beberapa inovasi besar yang terjadi di F1 adalah sebagai berikut (beberapa sudah dilarang) :
1. Pneumatic Valve Spring oleh Renault, mampu mengingkatkan RPM mesin
2. 2nd Fuel Tank oleh BAR Honda, tanki bahan bakar tambahan, akhirnya dilarang
3. Renault Mass Damper oleh Renault, merekayasa osilasi bodi mobil
4. Movable Floor oleh Ferrari, meningkatkan down force ketika berbelok
5. Blown Diffuser oleh RBR, meningkatkan performa di tikungan (RPM rendah)
Diharapkan, teknologi yang digunakan di mobil Formula 1 akan semakin membumi dan diterapkan pada mobil konvensional. Selain itu, akan terus berkembang teknologi yang menjadikan mobil F1 semakin ramah lingkungan. Saat ini teknologi yang telah digunakan adalah Energy Recovery System (ERS). Saya pernah menuliskannya
di sini.
|
Perbandingan mobil F1 2016 dan 2017 | twitter |
Sekian catatan saya tentang seminar tadi pagi. Sejak kecil saya sudah diperkenalkan pada Formula 1 karena Ayah saya hobi juga olahraga balap. Setelah masuk pendidikan teknik ketertarikan saya semakin besar. Sampai-sampai saya bercita-cita berkarier di bidang itu. Seminar ini benar-benar membuka wawasan dan menambah motivasi. Aamiin
Salam,
Chandra