Untuk yang Akan Menjadi Orang Tua
Saya bukan peramal, tapi projectionist. Saya kadang-kadang merasa bisa mem-project masa depan seseorang dengan melihat kesehariannya. Tampak sok tahu memang, oleh karenanya perkiraan-perkiraan itu hanya untuk konsumsi pikiran saya sendiri.
Sepertinya akurasi dan tingkat keyakinan saya lebih tinggi ketika melihat teman seumuran. Setelah berinteraksi sekian waktu saya sering berucap dalam hati, "orang ini besok jadi orang besar" atau "dia akan jadi bussinessman hebat nih" atau "dia di jalan yang benar, cita-citanya jadi penulis bisa tercapai suatu saat nanti", dll.
Sebagian prasangka adalah salah. Memang. Namun disini hampir semua proyeksi saya mengarah ke sisi positif. Sebenarnya saya hanya mengubah kalimat "kecilnya gini gedenya jadi apa" menjadi gambaran yang lebih real.
Lebih jauh, selain sok-sok memprediksi seperti yang di atas. Akhir-akhir ini sering pula muncul pertanyaan di kepala saya, "anaknya begini, seperti apa ya didikan orang tuanya ? siapa ya orang tuanya ?"
Saya punya teman yang mempunyai leadership dan skill komunikasi di atas rata-rata. Belakangan saya tahu bahwa orang tuanya sudah membiasakan anak ini untuk mandiri sejak kecil dan tidak melarangnya untuk berinteraksi dengan orang baru/asing.
Saya lihat teman sebaya yang sudah dipercaya untuk berdakwah, ternyata orang tuanya juga pendakwah yang pasti sering dia lihat ceramahnya dan serap ilmunya.
Saya lihat teman yang tidak bisa tidur dengan lampu mati, ternyata di rumahnya memang terbiasa tidur dengan lampu menyala.
Masih banyak contoh lain bagaimana seorang anak sangat dipengaruhi oleh didikan orang tuanya. Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Bahkan, anak yang sering dikatakan "terlalu terpengaruh teman-temannya" sebenarnya mengalami "kurang mendapat pengaruh dari orang tuanya".
Saya ingin menjelaskan pemikiran saya tentang ini dengan sedikit matematika.
Pada persamaan tersebut, anggaplah :
y : kualitas anak
ai : kemampuan serap anak terhadap didikan orang tua
xi : didikan orang tua
indeks i menunjukkan bahwa didikan ini sangat luas dan menjangkau banyak sekali aspek.
Lalu apa itu K ?
K adalah kemauan dan kemampuan anak untuk mengenal dunianya di luar campur tangan orang tuanya. Nilai K dipengaruhi masalah-masalah yang dialami anak dan bagaimana dia menyelesaikannya, kerja keras anak dalam menjalani petualangannya, kemauan anak untuk masuk ke pergaulan yang baik, dan dunia anak di luar keluarganya.
Hasilnya ?
Pribadi anak sangat ditentukan oleh orang tuanya. Orang tua yang hebat memberikan start yang baik bagi perkembangan anak.
Orang tua harus memiliki pemahaman agama yang cukup dulu untuk bisa mengajarkan kepada anaknya. Orang tua perlu memiliki bisnis dulu untuk melatih anak berbisnis dari dekat. Orang tua harus memiliki kebiasaan-kebiasaan baik agar si anak bisa mengikutinya. Orang tua harus bisa mengatur dinamika keluarga, mengatur keuangan, menjaga kebersihan, mendisiplinkan waktu, aktif, bisa bermasyarakat.
Dalam contoh sehari hari, orang tua tidak boleh nonton sinetron jika ingin menjauhkan anaknya dari efek buruk sinetron. Orang tua harus rutin gosok gigi sebelum tidur jika ingin anaknya melakukan hal yang sama, dll
Namun, itu tidak mutlak. Banyak pula anak dari keluarga broken home yang berhasil dalam karirnya. Banyak anak dari keluarga kurang mampu yang punya banyak spare untuk berderma di masa dewasanya. Banyak anak pelosok yang dewasanya menjadi ahli teknologi.
Hal ini disebabkan adanya konstanta K tersebut. Konstanta K adalah nilai-nilai yang diperoleh anak tanpa campur tangan orang tuanya sama sekali. Semua bergantung pada si anak. Sungguh, kedekatan anak dengan Tuhan memiliki korelasi yang sangat erat.
Pernah saya dengar, "orang tua jangan terlalu cepat mengambil alih masalah anaknya, biarkan dia mencoba menyelesaikannya". Sesungguhnya ini untuk meningkatkan nilai K.
Bagaimana dengan Chandra ?
Alhamdulillah. Saya mensyukuri segala yang telah diberikan orang tua saya. InsyaAllah saya mensyukuri adanya saya sekarang. Justru saya yang sekarang sedang berusaha keras meningkatkan nilai K saya. Nilai variabel xi yang diberikan oleh ayah dan ibu sungguh menjadi garis start baik bagi saya. Saya sangat bersyukur.
"Jangan takut kekurangan rezeki, takutlah kekurangan rasa syukur"
Tapi saya berkata pada diri saya sendiri dan teman-teman, sebagai orang yang InsyaAllah nantinya menjadi orang tua, mari terus perbaiki diri. Mari wariskan start yang baik bagi anak-anak kita.
Marilah kita menjadi generasi yang "meledakkan silsilah". Apa maksudnya meledakkan silsilah ?
Saya beri contoh saja, lihatlah diri Bapak B.J. Habibie yang keturunannya lalu menggunakan nama belakang Habibie. Begitu pula keluarga Yudhoyono berkat sepak terjang Bapak SBY. Anak cucu beliau-beliau ketika ditanya latar belakangnya akan selalu me-refer kepada sang peledak silsilah.
Namun perlu diingat, yang hebat bukan hanya Pak BJH dan Pak SBY, tapi juga orang tuanya. Orang tua yang memberikan nilai variabel xi dengan nilai tinggi.
Kesimpulannya, yang juga menjadi alasan saya menulis ini, bahwa saya ingin menjadi orang tua yang memberikan nilai xi tinggi kepada anak saya nanti. Yang perlu saya lakukan adalah memperbaiki diri dan meniru kebaikan-kebaikan para orang tua. Yang utama orang tua saya, sebagai tambahannya orang tua teman-teman saya.
Salam,
Chandra, 21 tahun.
Astaga ngejelasin gini pake rumus ya kalau anak aero :' gapaham lg, btw itu kyk pers linier
ReplyDeletetadinya sih mau pake integral lipat 3
Delete.
.
btw terima kasih sudah membaca :)
Baca blogku juga doong
DeleteEh tapi aku gapinter nulis acak2an wkwkw
iyee aku juga berkunjung kok sekali sekali hehe
ReplyDeletesering-sering nulis aja