Edensor



Saya paham konsep bahwa buku tidak seharusnya menjadi barang sekali baca yang setelah selesai tak perlu disentuh lagi. Tapi saya tidak menyangka kalau suatu keadaan bisa membuat kita ingin sekali membaca kembali sesuatu yang dulu pernah dibaca, merasakan emotional exercise-nya, dan menyusuri jalan yang pernah dialami dulu waktu pertama kali membacanya. 

     Bus merayap, aku makin dekat dengan desa yang dipagari tumpukan batu bulat berwarna hitam. Aku bergetar menyaksikan nun di bawah sana, rumah-rumah penduduk berselang-seling di antara jerejak anggur yang telantar dan jalan setapak yang berkelok-kelok. Aku terpana dilanda deja vu melihat hamparan desa yang menawan. Aku merasa kenal dengan gerbang desa berukir ayam jantan itu, dengan pohon-pohon willow di pekarangan itu, dengan bangku-bangku batu itu, dengan jajaran bunga daffodil dan astuaria di pagar peternakan itu. Aku seakan menembus lorong waktu dan terlempar ke sebuah negeri khayalanku yang telah lama hidup dalam kalbuku.
     Aku bergegas meminta sopir berhenti dan menghambur keluar. Ribuan fragmen ingatan akan keindahan tempat ini selama belasan tahun tiba-tiba tersintesa persis di depan mataku, indah tak terperi.
     Kepada seorang ibu yang lewat aku bertanya, "Ibu, dapatkah memberi tahuku nama tempat ini?"
     Ia menatapku lembut, lalu menjawab
     "Sure lof, it's Edensor ...."

Di atas adalah rangkaian paragraf yang menutup buku Edensor karya Andrea Hirata. Buat saya ini adalah paragraf paling memorable dari semua tulisan yang pernah saya baca. "Sure lof, it's Edensor"-nya itu tidak saya lupa sejak baca ini waktu SMA. Kalau baca bukunya pasti tahu bahwa bagian ini semacam callback, dan membacanya menggetarkan karena dieksekusi dengan sangat brilian. Edensor ini sekaligus adalah buku pertama yang saya baca habis secara suka rela bukan karena tuntutan pelajaran Bahasa Indonesia. Kini saya sangat ingin membaca itu lagi setelah tahu bahwa Desa Edensor ini benar-benar ada, dan mungkin, dalam jangkauan (aamiin).


Masalahnya tidak ada buku itu di sini, paling mentok adanya Laskar Pelangi versi terjemahan. Saya sudah coba cari di toko buku fisik maupun online dan tak menemukannya, ebook pun nihil. Satu-satunya cara mendapatkan buku ini adalah beli di Indonesia lalu jastip ke sini, itu cara tercepat dan termurah yang mungkin dilakukan. Akhirnya saya menemukan buku original bekas di Tokopedia. Saya lebih milih buku ori second daripada bajakan (enyahlah buku bajakan!) meskipun harganya lebih mahal. Yes, tampaknya buku ini sudah hampir menjadi collectible items dan harganya makin tergoreng.

Ongkos jastip tidak beda antara saya beli hanya Edensor saja atau sekalian empat-empatnya, akhirnya saya putuskan beli semuanya. Buku-buku ini cetakan awal 2007-2008 sehingga kertasnya sudah agak menguning karena faktor usia, tapi I'm happy with that. Shoutout untuk toko yang menjual buku-buku ini, pelayanannya satset, packing rapi dan aman, dan yang paling penting jujur bahwa bukunya ori, bahkan pembatas bukunya sebagian masih ada. Buku ori walaupun sudah lawas tapi kertasnya nyaman dipegang, hurufnya enak dibaca, dan bau nostalgia. Ini tokonya: Link Tokopedia

                                  Tetralogi

Menulis ini mengingatkan saya kalau orang yang open jastip kemarin belum ngasih tikkie sampai sekarang, nanti saya akan tanya.

Jadi saya membuka 2025 dengan menyelami kembali tetralogi Laskar Pelangi. Apakah saya akan buat review-nya, belum tahu. Lagipula saya rasa semua orang sudah tahu Laskar Pelangi, dan orang yang memang mau baca buku-buku ini kemungkinan sudah membacanya dulu sekali. Doakan saya bisa merawat mereka ini agar umurnya panjang, karena pelajaran yang saya dapat adalah bahwa buku yang kita hendaki belum tentu masih dicetak lagi.

Thanks,
Chandra



Tweedehands



Di tengah gempuran barang-barang Temu dari Tiongkok,  orang-orang sini tampaknya masih lebih loyal dan percaya pada marketplace lokal Bol.com atau kalau mau lebih global Amazon. Bol.com dan Temu ini analoginya kalau di Indonesia seperti Tokopedia dan Shopee, hanya saja lebih ekstrem lagi. Untuk pernak-pernik, aksesoris, dan fast fashion memang produk made in China/Asia Selatan/Asia Tenggara masuk, tapi untuk barang-barang lanang merk lokal tampaknya masih menang. 

Produk-produk Philips harganya bisa 10 kali lipat lebih mahal daripada kompatriotnya dari China. Tapi produk mereka juga yang paling dicari ketika orang masuk toko elektronik di Belanda. Mahal memang, tapi kualitas dan dirabilitasnya luar biasa. Seorang teman punya pemutar vynil merk Philips yang diproduksi tahun 70an dan sampai sekarang masih berfungsi baik, gokil. Karena itu merk Philips kemudian juga jadi simbol status sosial, walaupun di Belanda masyarakatnya tidak terlalu mementingkan status dan pandangan orang. Babe-babe beli lampu Philips ya karena nggak mau repot bolak-balik ganti lampu, pasang sekali nanti gantinya bisa 20 tahun lagi.

         Klaim Philips soal ketahanan lampunya

Sepeda sebagai moda transportasi favorit orang Belanda juga sama, ada segmentasi merk Belanda dan merk luar. Sepeda buatan Belanda didesain untuk bisa dipakai sampai belasan hingga puluhan tahun. Bahkan seseorang di Reddit bilang 'If you get a Gazelle it will probably last forever' wkwk. Karena durability-nya ini, pasar sepeda bekas jadi sangat besar di Belanda, apalagi harga bekas jauh lebih terjangkau daripada harga barunya. Banyak bengkel dan toko sepeda baru/bekas tersebar di berbagai kota. Pemilik personal pun banyak yang bertransaksi via Marktplaats, sebuah platform jual beli barang bekas seperti Olx. Saya salah satunya, saya sudah beli Gazelle seken di Marktplaats untuk saya dan istri. Kesimpulan saya pas sudah nyoba Gazelle ternyata beneran kokoh dan halus. Nggak heran kalau dulu mbah-mbah dan pakde-pakde middle-upper class di Indonesia suka ngoleksi sepeda merk ini. 

Sepeda kami, hasil berburu di Marktplaats (credit: dok. pribadi)

Saya sudah beberapa kali bertransaksi di Marktplaats, bahkan di waktu senggang saya lumayan sering scroling di bagian In je buurt (in your neigborhood) untuk lihat barangkali ada barang bagus dengan harga menarik. Beberapa kali saya COD, sekalian menguji kemampuan broken Dutch ini untuk ngobrol dengan total stranger yang kadang-kadang tidak terlalu bisa Bahasa Inggris karena sudah sepuh atau tinggal di kawasan yang sangat Dutch. Turnover warga Belanda lumayan tinggi jadi sering ada orang pindahan, biasanya ada barang-barang ajaib dari orang seperti ini.

                        Marktplaats in je buurt

Kalau saya anak Markplaats, istri saya anak flea market. Dia senang sekali window shopping di berbagai flea market, kadang-kadang pulang bawa barang-barang lucu (menurut dia). Favoritnya adalah IJ-Hallen, event flea market terbesar di Eropa yang digelar hari Sabtu-Minggu setiap 3 atau 4 minggu sekali. Lokasinya di Amsterdam dan banyak wisatawan yang juga datang kesana, bukan hanya warga lokal. Kami pernah datang dan beli beberapa barang seperti postcard vintage yang bagus dan sudah tidak ada di toko manapun. Saat musim panas pasarnya digelar outdoor, tapi karena sekarang sedang dingin sebagian besarnya pindah ke dalam ruangan yang sepertinya bekas gudang atau pabrik.

                     Akun Instagram IJ-Hallen

Selain flea market, di Belanda ada banyak Kringloop. Secara bahasa kringloop artinya recycle, jadi mereka adalah toko yang menjual barang-barang bekas yang sudah terkurasi. Jualannya mulai dari furniture, elektronik, buku & ATK, pecah belah, perkakas pertukangan, aksesoris, dan pakaian. Ini bisnis besar, beberapa brand kringloop bahkan punya jaringan toko di beberapa kota besar di Belanda. Kalau saya lihat di masyarakat sini there's no shame pakai barang secondhand karena balik lagi kualitas dan durabilitasnya sangat oke, lifespan-nya masih panjang walaupun sudah pernah dipakai orang. Daripada beli barang baru murah tapi cepat rusak, mending pakai barang bekas merk terjamin yang awet supaya tidak nyampah. Get rid of something seperti perabot yang sudah rusak seringkali harus bayar, nggak bisa asal buang, jadi make sense kalau orang-orang maunya barang yang awet.

        Kringloop tradisional (credit: dok.pribadi)

            Kringloop brand (credit: dok. pribadi)

     Salah satu isi kringloop (credit: dok. pribadi)

Kadang ketika jalan ke flea market atau kringloop, ingatan saya terlempar pada deretan bapak-bapak yang menjual peralatan, aksesoris sepeda/motor, dan barang elektronik bekas yang berjejer sepanjang jalan menuju pasar tradisional sebelah rumah. Paling rame setiap hari minggu pahing karena saat itulah banyak orang libur dan mau self reward. Kadang barang-barangnya nggak make sense buat saya seperti kipas angin tapi baling-balingnya tok atau slebor motor tapi hanya yang depannya. Tapi nyatanya agenda itu bertahan puluhan tahun, jadi InsyaaAllah ya ada berkahnya di sana.

Budaya barang bekas di Jogja secara keseluruhan saya rasa lumayan kuat, setidaknya dibandingkan kota lain yang pernah saya tinggali yaitu Bandung dan Jakarta. Untuk ukuran kota yang tidak terlalu besar ada cukup banyak pasar barang loak yang terkenal seperti Pasar Senthir, Pasar Pakuncen, Pasar Niten, dan Pasar Kotagede (malam). Ini belum menghitung yang digelar di pasar-pasar tradisional di desa atau yang sifatnya insidental seperti sekaten, sunmor, atau event thrifting.

Di rumah saya ada satu sudut berantakan yang isinya toolbox-nya bapak, berbagai macam obeng dan kunci, barang elektronik lawas, oli minyak pelumas, dan lain sebagainya. Maka sekarang salah satu sisi impulsif saya adalah beli kunci pas, obeng, dan kawan-kawannya juga, bahkan di sini pun saya sudah punya. Bapak juga dulu yang mengenalkan pada Pasar Kuncen dan menunjukkan aksi merawat kendaraan tua yang teknologinya jauh lebih primitif jika dibandingkan yang ada saat ini. Sampai sekarang di rumah juga masih ada motor Honda C70 dan Win yang lama-lama jadi collectible items. Maka segala interaksi saya dengan barang bekas ini bukan hanya soal harga yang lebih terjangkau atau sustainability karena turut mengurangi limbah, tapi juga sentimen nostalgia.

Salam,
Chandra





Rekomendasi Restoran Indonesia di Belanda


Katanya Belanda adalah negara yang paling banyak restauran Indonesia-nya di antara negara-negara lain di Eropa. Tentu ini wajar mengingat hubungan sejarah kedua negara dan banyaknya WNI atau warga keturunan Indonesia di Belanda. Berikut adalah lima rekomendasi restoran Indonesia berdasarkan petualangan kuliner kami.

            Warung Barokah (credit: dok. pribadi)

Tapi sebelum itu disclaimer dulu, secara garis besar ada dua jenis restoran Indonesia di Belanda kalau dilihat dari target pasarnya. Tipe pertama adalah yang menyasar orang kulit putih, restoran jenis ini sudah lebih westernized dari segi menu maupun suasana. Makanannya cenderung lebih fancy, harganya lebih tinggi, dan kebanyakan menjual olahan babi dan alkohol. Jenis kedua adalah yang menyasar warga Indonesia, menunya rumahan dan lebih tradisional seperti nasi rames dan cendol, harganya lebih murah, dan kebanyakan halal. Restoran yang kami kunjungi yang model kedua, maka itu juga yang akan kami rekomendasikan di sini.

1. Warung Barokah, Amsterdam

Ini adalah restoran Indonesia pertama yang kami kunjungi dan kami sudah ke sana beberapa kali. Walaupun kecil, tapi kami merasa tempatnya sangat homey dan paling berasa Indonesianya dibandingkan resto-resto yang lain. Bu Sri, sang pemilik restoran, dengan senang hati melayani dan ngobrol bahasa Indonesia dengan para pengunjung. Beliau berasal dari Jawa Timur sehingga di antara menu andalan Warung Barokah adalah rujak cingur dan tahu campur. 

  Ramesan Warung Barokah (credit: dok. pribadi)

Warung Barokah lumayan jadi top of mind ketika bicara tempat makan Indonesia di Belanda dan sudah berulang kali diliput media. Menunya beragam, saya paling suka rames dengan segala pilihan lauk dan sayurnya. Rasanya top tier dan porsinya bikin kenyang. Satu-satunya catatan adalah lokasi Warung Barokah ini agak minggir, sekitar 6 kilometer dari Stasiun Amsterdam Centraal dan perlu naik transportasi umum atau kendaraan untuk ke sana. Tapi tentu worth it untuk makanan, orang-orang, dan tempat senyaman itu. Oh ya, bakso beranaknya juga recommended.


2. Toko Ming Kee, Den Haag

Meskipun konsepnya Chinese take out, Ming Kee menjual beraneka macam masakan Indonesia yang bahkan belum tentu ada di tempat lain, seperti lele goreng. Kami sudah ke Ming Kee beberapa kali dan bisa dibilang jadi salah satu favorit kami. Harganya paling murah dibanding yang lain, satu porsi nasi ayam goreng hanya €7.5 dan banyak menu yang masih di bawah €10. Untuk desert, es cendolnya mantep apalagi kalau beli yang ukuran besar.

   Ayam goreng di Ming Kee (credit: dok. pribadi)

Ada 2 Ming Kee di Den Haag, satu Ming Kee 'halal' ini yang menjual masakan Indonesia, satu lagi yang pure Chinese. Bagusnya, mereka memisahkan semuanya secara ketat, meskipun berdekatan hanya beda gang, pengunjung tidak bisa pesan dari satu Ming Kee untuk dimakan di Ming Kee yang satunya, jadi alat masak dan makan pun terpisah. Secara lokasi, Ming Kee sangat mudah dijangkau dari Den Haag Centraal dan kawasan perbelanjaan Spui.


3. Pempek Elysha, Den Haag

Sesuai namanya, spesialis Elysha ada di pempeknya yang memang sangat enak. Bahkan kalau dibandingkankan dengan pempek di Indonesia pun rasanya tidak kalah. Restoran ini sangat cocok untuk penggemar pempek dan yang kangen jajanan ini. Beberapa restoran Indonesia lain punya menu pempek sebagai snack, tapi kalau mau yang paripurna ya sebaiknya coba langsung punya Elysha.

       Pempek kapal selam (credit: dok. pribadi)

Selain itu Pempek Elysha juga menyajikan berbagai masakan Indonesia lain seperti olahan ayam, bebek, ikan, ketoprak, tahu telur, es cendol, es durian, dan lain sebagainya. Lokasinya masih di Den Haag tapi bukan di centrum, satu kali naik tram dari stasiun centraal dan Anda akan sampai di tempatnya.


4. Masakan Padang Lapek, Den Haag

Ini adalah Restoran Padang paling terkenal di Belanda bahkan Eropa. Banyak orang Indonesia dari berbagai negara datang ke sini, wajar kalau warungnya selalu penuh sampai kadang perlu waiting list. Padahal restoran ini belum lama pindah tempat baru yang lebih besar dari sebelumnya (hanya depan-depanan dengan kios lamanya sih). Daftar menunya layaknya restoran Padang di Indonesia: rendang, ayam pop, tunjang, kerupuk kulit, daun singkong, dll. 

       Rendangnya Lapek Jo (credit: dok. pribadi)

Waktu kesini kami pesan rendang daging dan ayam pop, dua menu yang menurut kami representatif untuk menilai sebuah restoran masakan Padang. Enak, nggak jauh dari Padang Sederhana lah kalau di Indonesia. Mampu menghadirkan rasa Padang di tempat yang tidak terlalu kaya akan spices ini sungguh sesuatu yang patut diapresiasi. Jadi pay a visit kalau kalian datang ke Belanda.


5. Toko Bersama, Amsterdam

Satu restoran favorit lain di Amsterdam, Toko Bersama juga sangat layak jadi pilihan ketika ingin makan masakan Indonesia. Lokasinya tidak terlalu jauh dari centraal, hanya sekitar 3 kilometer. Menu ramesnya lengkap dan sangat bersaing secara rasa dan harga, rasa sayur bayamnya cocok banget untuk saya yang biasanya kurang doyan sayur. Mereka punya sambal homemade yang juga enak. Tapi memang selain rames tidak terlalu banyak pilihan menu lainnya.

    Rames di Toko Bersama (credit: dok. pribadi)

Pelayanannya sangat oke, saat itu kami datang waktu warung belum buka, tapi karena pemiliknya tahu di luar dingin kami dipersilakan menunggu di dalam, bahkan dibuatkan teh hangat gratis. Mereka punya sebuah rak besar berisi bahan-bahan masakan Indonesia dan Asia pada umumnya seperti kecap ABC dan saus Sriracha.

Itu tadi beberapa restoran favorit kami. Sebagai honorable mention ada beberapa tempat lain seperti Iboenda (Amsterdam), Pasundan (Nijmegen), dan Praboemoelih (Den Haag). Semoga bermanfaat, ambil baik-baiknya saja.

Thanks,
Chandra

Antwerp


Antwerp adalah kota besar Belgia yang letaknya paling dekat dengan Belanda. Dari mana saja di Belanda Antwerp bisa dicapai lewat perjalanan darat dalam 3 jam atau kurang, alternatif lainnya bisa menggunakan kereta yang mana akan lebih cepat lagi. Stasiun Antwerp Centraal disebut-sebut sebagai salah satu bangunan stasiun paling cantik di Eropa. Stasiun yang umurnya sudah lebih dari 1 abad ini akan menyambut pengunjung dari berbagai penjuru karena stasiun ini merupakan salah satu hub penting jaringan kereta Belgia yang juga melayani perjalanan internasional. Kalau dilihat desainnya, stasiun ini dibangun bukan hanya atas pertimbangan fungsional tapi juga estetika.

    Antwerp Centraal Station (credit: dok. pribadi)

Centraal Station di malam hari (credit: dok. pribadi)

Dari stasiun, tourist akan berbondong-bondong berjalan ke arah kawasan Grote Martk (Pasar Gede). Sepanjang sekitar 1.5 kilometer, berderet kafe, restoran, shopping outlet, dan toko perhiasan. Salah satu penggerak ekonomi Antwerp adalah bisnis jewelry terutama diamond yang banyak dipasok dari Tiongkok. Saking baiknya hubungan dagang Antwerp dengan negeri tirai bambu itu, pemerintah RRT sampai membangunkan monumen Nello & Patrasche sebagai ucapan terimakasih, monumen itu berupa sebuah patung marbel berbentuk anak kecil dan anjing yang berselimut. 

    Patung Nello & Patrasche (credit: dok. pribadi)

Patung ini berada di pelataran katedral Onze-Lieve-Vrouwe, sebuah gereja di pusat Antwerp yang juga jadi destinasi para wisatawan. Gereja ini dikelilingi bangunan dengan arsitertur khas Eropa lama. Salah satu unique selling point dari Antwerp ini adalah bercampurnya arsitektur lawas dan modern yang saling berdampingan. Beberapa toko souvenir tersedia di sini, menyediakan cenderamata berupa postcard, magnet kulkas, kaos, dan lain sebagainya. 

Hanya selangkah dari sana tibalah kita di Grote Markt. Area ini seperti city center-nya Antwerp sekaligus halaman Stadhuis (balaikota). Pada akhir tahun kemarin sedang berlangsung sebuah festival winter market sehingga di lokasi ini banyak berdiri stall yang menjual jajanan, cadeau (gift shop), dan aksesoris. Tumplek blek para wisatawan berbelanja atau sekedar mengabadikan momen di sana. Di depan Stadhuis berdiri sebuah patung Brabo monument yang sudah berdiri sejak abad 18.

  Stadhuis, Brabo, dan market (credit: dok. pribadi)

Bergeser sedikit dari kawasan Grote Markt, pengunjung bisa menjumpai sebuah sungai yang membelah kota Antwerp. Di tepian sungai ini ada sebuah benteng tua yang ikonik yang dinamai Het Steen. Sama seperti banyak kota di Benelux, Antwerp punya lumayan banyak museum dan salah satu yang terkenal adalah MAS Museum. Saya kemarin tidak sempat kesana, tapi katanya di museum ini pengunjung bisa naik ke rooftop untuk menikmati pemandangan kota Antwerp dari atas.

Karena banyaknya wisatawan dan mungkin terkait juga hubungan dagang Antwerp-China tadi, pilihan kuliner di Antwerp sangat beragam. Ada jajanan tradisional Belgia sepergi waffle, ada kafe dengan nuansa western, italiano, latin america, middle east, sampai asian. Bahkan hanya 200 meter dari stasiun sentral Antwerp ada kawasan Pecinan yang sudah pasti di dalamnya banyak toko-toko dan tempat makan oriental. Untuk mencari makanan halal juga tidak sulit, ada sebuah gerai ayam goreng halal Belchicken yang selalu ramai karena selain makanannya enak dan tempatnya luas, mereka tetap buka di libur natal. Lalu ada juga warung wok halal bernuansa thai-viet yang menyajikan mie hangat yang cocok sekali untuk orang asia kedinginan seperti kami.

    Wok bami halal, fuiyoohh (credit: dok. pribadi)


                                   -Antwerp-
           Antwerp, Belgium (credit: dok. pribadi)

Thanks,
Chandra

Diaspora Nordik


Apa buku yang menurutmu sangat bagus hingga membuat kamu ingin baca semua buku dari penulis yang sama? Saya ada beberapa, salah satunya Tipping Point karya Malcolm Gladwell. Sejak itu saya baca semua bukunya yang bisa didapat di toko buku: Blink, Outliers, What the Dog Saw, David and Goliath, Talking to Strangers, The Bomber Mafia, dan tentu saja yang terakhir kemarin Revenge of the Tipping Point yang dirilis pada Oktober 2024 atau sekitar 25 tahun setelah buku pertamanya.

Revenge of the Tipping Point (ROTTP) masih banyak berbicara soal critical mass, epidemi, dan hal-hal viral. Bedanya dengan Tipping Point yang pertama, pada ROTTP ini Gladwell banyak memberikan contoh fenomena sosial yang sifatnya negatif seperti krisis opium, konflik ras, s**cide rate, coronavirus, tren perampokan bank, sampai Holocaust. Malcolm Gladwell mengingatkan bahwa mekanisme sosial yang sama dengan yang menghasilkan kesuksesan marketing bisa juga menyebabkan berbagai masalah sosial hingga kriminal.


Salah satu bahasan dalam Revenge of the Tipping Point adalah small area variation. Ada penelitian pada dokter dan rumah sakit di dua kota di Amerika. Dua kota ini sangat mirip dari segi populasi, ekonomi, dan geografis, tapi somehow dokter-dokter di dua kota ini punya cara pendekatan yang extremely berbeda ketika menangani pasien penyakit dalam. Perbedaan di kota A dan kota B ini sulit dijelaskan secara logis. Lebih mengejutkan lagi ketika ditemukan bahwa ketika ada dokter dari kota A pindah ke kota B, pendekatannya ke pasien akan berubah menyesuaikan dengan cara dokter B, walaupun itu berbeda jauh dengan yang sudah dia lakukan bertahun-tahun di A. Maka kesimpulannya yang membuat berbeda bukan orangnya melainkan tempatnya, ada overstory yang meliputi orang-orang di suatu tempat yang membuat mereka berperilaku sedemikian rupa. Kasus small area variation ini ternyata terjadi di banyak tempat di berbagai bidang.

Saya dulu amazed waktu pertama kali motoran ke BSD karena pengendaranya tertib lalu lintas banget, berhenti di belakang marka, nggak ada yang ngeblong lampu merah, dan ngegasnya sopan. Padahal itu orang-orang yang sama dengan yang berlalulintas secara semrawut di Jakarta dan Tangsel non-pengembang, ya termasuk saya juga. 

Bagaimana bisa setelah melewati pagar BSD tiba-tiba orang jadi bijak? Apakah ada tulisan 'Anda memasuki kawasan tertib lalu lintas'? Nggak, nggak ada. Yang terjadi adalah ketika orang memasuki BSD bawaannya segan mau neko-neko karena (1) lingkungan tertata rapi sehingga mengesankan di situ harus tertib dan (2) semua orang do tertib. Orang nggak ingin mencolok ndugal sendiri, orang nggak nyaman berbeda dari yang lain. Jadi yang bikin taat lalu lintas itu overstory, bukan polisi. 

Khusus untuk kasus nomnoman yang kebut-kebutan di jalanan BSD di tengah malam itu beda cerita. Dalam kasus ini yang bekerja adalah critical mass, dimana di malam hari mereka merasa jumlah mereka cukup banyak in percentage to general population (karena orang-orang lain dah pada tidur) sehingga mereka merasa bisa melakukan sesuatu. Bareng-bareng terus merasa gagah lah.

Variasi ini tidak harus tempat fisik, coba lihat perbedaan pendapat soal calon presiden kemarin di media sosial yang berbeda: twitter vs instagram vs tiktok. Pada buku ROTTP ini juga diberikan contoh bagaimana media (dalam hal ini TV) memberikan pengaruh ke masyarakat. Media tidak secara hard selling menanamkan suatu paham tapi media bekerja menyatukan orang-orang. Media menyeragamkan cara berpikir audiensnya (pertimbangan penting-tidak penting, etis-tidak etis, dll). Maka citra gemoy diterima berbeda oleh pengguna satu platform dengan platform lainnya, satu bilang lucu satu bilang blas ramasuk.

Setelah tahu soal small area variation tadi, saya jadi mikir sedikit lebih panjang kalau mau membanding-bandingkan sesuatu. Orang berkendara di Jelupang dan BSD saja bisa beda kelakuannya padahal sebelahan, orang tetanggaan saja bisa beda pandangan politiknya hanya karena channel youtube yang disubscribe beda, kok bisa-bisanya ada orang membandingkan pendidikan Indonesia dengan Nordik, atau mendukung PPN 12% dengan argumen pajak tinggi di Eropa. Ya nggak bisa lah. Populasinya beda, iklimnya beda, budayanya beda. Maka lucu aja kalau ada diaspora anyaran yang fafifu soal Indonesia harus begini begitu, lebih lucu lagi melihat tanggapan orang-orang yang nyuruh diam dan menjulukinya diaspora nordik alias norak dikit.



Chandra




Akrab


Bicara produk, Paket Akrab dari provider XL ini menurut saya salah satu yang cemerlang. Saya sudah berlangganan sejak April 2023 dan sampai saat ini masih setia menggunakannya sebagai solusi internet mobile. Kelebihan paling utama dari produk ini adalah kemudahan untuk menggunakan satu sumber kuota bagi beberapa nomor sekaligus. Itulah yang saya manfaatkan untuk mengorganisir internet untuk orang tua.

Sebenarnya saya adalah pengguna provider lain sejak SMP hingga sekarang, tapi saya sengaja beli kartu XL demi skema paket internetnya. Sekalian dipakai jadi nomor burner lah, nomor yang ditaruh dimana-mana, buat janjian COD-an, dan semacamnya. Karena ingin berlangganan paket Akrab, saya juga belikan nomor XL burner untuk bapak. Sementara ibuk sudah jadi pelanggan setia XL sejak pertama kali pakai handphone. Belakangan nomor AXIS juga bisa gabung ke Akrab karena dua provider itu satu grup.

Paket Akrab adalah skema layanan internet dari XL yang memungkinkan beberapa nomor untuk sharing satu sumber kuota data. Konsepnya seperti family subscription di platform-platform digital dimana satu orang jadi koordinator, di sini adminnya saya. Saya daftarkan nomor bapak dan ibuk untuk masuk ke dalam grup ini. Karena mau dipakai untuk 3 orang, saya pilih paket 45GB/180ribu. Sampai beberapa bulan yang lalu saya lihat opsi ini masih ada, tapi barusan saya cek offeringnya sudah berubah dan justru jadi makin murah karena sedang diskon.

Shared quota 45GB itu akan dipakai oleh 3 orang, selanjutnya masing-masing orang juga mendapat bonus setidaknya 8GB (bisa lebih) yang akan terpakai jika shared quota sudah habis. Dulu saya juga mengambil kuota internet dari sini, tapi sejak pindah saya hanya jadi organizer saja. Paket ini auto renewal tiap bulannya asal saldo mencukupi di tanggal jatuh temponya. Jika auto renewal gagal karena pulsa tidak cukup/lupa top up pengguna harus subscribe ulang dan mendaftarkan nomor-nomornya lagi, bagian ini rada pain point karena subscribe ulang oke tapi kalau bisa ya nomor yang terakhir didaftarkan masih ada tanpa perlu mengulang dari awal.

Karena saat ini hanya dipakai bapak ibuk, paket 180 ribu ini cukup untuk dipakai sebulan tanpa perlu topup atau tambahan add-on. Jadi retensi terkuat dari paket ini bukan masalah harganya, 180 ribu untuk 2 handphone menurut saya adalah harga yang bagus tapi nggak spesial juga. Justru yang paling saya suka dari Akrab adalah karena semua pengaturannya ada pada organizer sehingga orang tua tidak perlu melakukan apapun. Sesimpel beli paketan ke konter HP pun nggak perlu, tinggal menunggu nanti paketan akan terbaharui lagi. 


Kalau bisa ngasih ke orang tua tentu mulia, tapi sebagai generasi yang disebut-sebut paling tech savvy ini kita punya banyak alternatif cara untuk membantu orang tua lewat teknologi. Misalnya pasang wifi di rumah hingga handphone sudah langsung connect, langganan YouTube premium family sehingga orang tua kalau nonton bisa tanpa iklan, dan lain sebagainya termasuk paket Akrab tadi. Sebaliknya, paket Akrab ini juga bisa dipakai oleh orang tua yang anaknya beranjak dewasa dan mulai perlu handphone dan internet.

Kelebihan lain dari Akrab-nya XL adalah kemudahan untuk melakukan segala sesuatunya via app, termasuk memantau usage dan sisa kuota sehingga tahu in case perlu nambah top up. Meski begitu user experience-nya mungkin bisa ditingkatkan, tidak buruk juga tapi kadang-kadang updatenya lambat seperti sudah isi pulsa tapi di aplikasi ada jeda hingga pulsanya bertambah. Jadi biasanya saya tidak nunggu sampai menjelang jatuh tempo untuk beli pulsa, topup sejak beberapa hari sebelumnya.


Chandra

Indonesia, Ik Hou van Jou



Indonesia Ik Hou van Jou (Rayuan Pulau Kelapa)
By Anneke Gronloh

Oh Indonesia mijn geboorteland
Oh Indonesia tanah airku
Het mooiste eiland waar de zon heet brandt
Pulau yang cantik di mana matahari bersinar terang
Het zoete fruit de rijpe doerian
Buah manis, durian nan matang
Kroncong muziek en zachte gamelan
Musik keroncong dan gamelan yang lembut
Het warme land waar ik zoveel van hou
Hangatnya bangsa yang sangat aku cintai
Ik zing dit lied zo graag alleen voor jou
Aku bahagia menyanyikan ini untukmu
Omdat ik dan een beetje bij je ben
Karena dengan begitu aku merasa bersamamu
En zo mezelf verwen
Dan itu terus membayangiku

Alles wat ik weet en nooit meer vergeet
Semua yang aku tahu dan tidak pernah kulupa
Indonesia ik hou van jou
Indonesia aku cinta padamu
Mijn geboorteland prachtig palmenland
Tanah airku pulau kelapa yang indah
Indonesia ik hou van jou
Indonesia aku cinta padamu

De blije mensen en hun stille kracht
Rakyat bahagia dan kekuatan yang tenang
De rijke sawahs met hun groene pracht
Sawah hijau membentang nan megah
Waar de melati bloem het mooiste bloeit
Dimana bunga melati mekar dengan indah
En waar de klapperboom het snelste groeit
Dan dimana pohon kelapa tumbuh tinggi
Zoals de cicak lachen aan de wand
Cicak-cicak tertawa di dinding
Zo ben ik trots op mijn geboorteland
Membuatku bangga pada tanah airku
Je blijft voor altijd als ik jou bezing
Engkau abadi dan selalu ku puji
In mijn herinnering
Dalam ingatanku

Alles wat ik weet en nooit meer vergeet
Semua yang aku tahu dan tidak pernah kulupa
Indonesia ik hou van jou
Indonesia aku cinta padamu
Mijn geboorteland prachtig palmenland
Tanah airku pulau kelapa yang indah
Indonesia ik hou van jou
Indonesia aku cinta padamu

Alles wat ik weet en nooit meer vergeet
Semua yang aku tahu dan tidak pernah kulupa
Indonesia ik hou van jou
Indonesia aku cinta padamu

Solstice


Selain perkara suhu, hal yang juga harus dibiasakan saat menjelang musim dingin adalah perubahan panjangnya hari. Harinya sih tetap 24 jam, maksud saya panjang siang dan malam harinya yang berubah. Pada 21 Desember nanti akan terjadi Winter Solstice yaitu hari dimana siang harinya terpendek sepanjang tahun. Menuju kesana, saat ini juga sudah terasa betapa siangnya sebentar dan malamnya lama. Sekarang ini jam 8 pagi masih gelap, sementara belum jam 5 sore sudah gelap lagi. Sungguh secara teknis ini waktu yang sangat nyaman untuk puasa. Berikut foto dengan timestamp.



Dengan waktu terbit dan tenggelamnya matahari yang agak awkward ini, kadang kita kehilangan track atas waktu. Di pagi hari rasanya tahu-tahu sudah siang jam 10 atau 11 padahal matahari baru saja keluar. Sebaliknya di sore hari rasanya sudah larut karena matahari sudah terbenam dari tadi padahal ternyata baru jam 8. Ini semua terkait dengan bagaimana bumi mengelilingi matahari, bagaimana bumi sendirinya punya kemiringan, dan pada akhirnya bagaimana musim dan iklim terbentuk.

Solstice terjadi karena kemiringan (tilt) bumi yang 23.5 derajat itu. Di Indonesia tidak terlalu terasa karena berada dekat khatulistiwa sehingga waktu terbit dan terbenamnya matahari hanya swing beberapa menit saja (terasa saat imsak / buka). Tapi di tempat dengan latitude tinggi alias jauh dari ekuator perubahannya besar. Pada bulan Juni di belahan bumi utara terjadi Summer Solstice (kebalikan winter solstice) dimana siang harinya sangat panjang, saat itu jam 3 pagi matahari sudah terbit dan baru terbenam setelah jam 10 malam di Belanda. Lalu pada bulan Desember seperti saat ini terjadi winter solstice. Gejala sebaliknya tentu terjadi di belahan bumi selatan.

Kalau dari sudut pandang kita di bumi, seolah matahari bergerak dalam 2 orientasi. Pertama dari timur ke barat yang menyebabkan adanya siang dan malam. Kedua, gerak semu matahari sepanjang tahun bolak-balik antara utara dan selatan khatulistiwa yang menyebabkan adanya musim. Tapi kita juga tahu bahwa tata surya itu sebenarnya heliosentris, artinya matahari sebagai pusat. Maka sejatinya kita (bumi)-lah yang bergerak terhadap matahari. Siang dan malam terjadi karena rotasi bumi sehingga kadang kita menghadap matahari (siang) dan kadang membelakangi matahari (malam). Sementara gerak semu matahari disebabkan revolusi bumi mengelilingi matahari dengan kecepatan 1 tahun untuk 1 putaran. 

Masalahnya bumi mengelilingi matahari dalam posisi miring 23.5 derajat, membuat bagian bumi yang terpapar panas matahari secara tegak lurus/frontal selalu berubah. Dua kali dalam setahun matahari menerangi tepat di atas khatulistiwa sehingga di seluruh belahan bumi panjang siang harinya relatif segaram, ini disebut equinox (equal+night). Tapi selain di hari equinox itu titik 'hotspot' yang diterangi marahari akan bergeser ke utara dan selatan. Titik balik paling utaranya adalah lintang yang melewati Mesir, Arab Saudi, India dan Meksiko sebelum kembali lagi ke selatan. Sementara titik balik selatannya melewati Australia, Chile, dan Afrika Selatan.


Ilustrasinya ada pada gambar dari Encyclopedia Britannica di atas. Kita juga bisa praktekkan dengan senter dan bola plastik kalau mau. Kuncinya di sini adalah kemiringan 23.5 derajat itu yang menyebabkan wilayah pada latitude tinggi mengalami either tilting towards the sun atau tilting away from the sun. Tilting ini juga lah yang menyebabkan adanya musim. Matahari memengaruhi temperatur dan sirkulasi udara serta air laut yang pada gilirannya memengaruhi musim. Tapi proses ini butuh waktu sehingga biasanya ada delay antara siang terpanjang dengan suhu tertinggi serta siang terpendek dengan suhu terendah. Hari-hari terpanas biasanya terjadi di bulan Juli-Agustus, bukan Juni di mana siangnya panjang. Begitu pula puncak musim dingin terjadi pada Januari-Februari, bukan Desember saat winter solstice. 

Karena durasi siang-malam yang terus berubah tiap harinya, kebiasaan orang sini dalam menyebut pagi siang sore biasanya tidak bergantung pada ada tidaknya matahari melainkan dengan pembagian jam yang relatif tetap.

06-12: ochtend
12-18: middag
18-24: avond
00-06: nacht

Maka walaupun jam 5 sore sudah gelap, orang tetap akan mengatakan goedemiddag, yang secara arti lebih ke good afternoon/midday, bukan avond (evening) apalagi nacht. 

Orang juga tetap pada aktivitasnya regardless ada tidaknya cahaya matahari. Pada Desember seperti ini orang berangkat dan pulang kerja saat masih gelap. Sekarang ini saya salat 3 kali di kantor: dzuhur, ashar, dan maghrib. Padahal saat musim panas dulu hanya dzuhur saja karena ashar-nya jam 6 sore. Banyak subsidi silang, sekarang berangkat gelap pulang gelap, tapi di bulan Juni setelah pulang kerja masih punya banyak waktu sampai matahari terbenam. Saat musim dingin biaya energi naik karena heater sering nyala, tapi di musim panas biaya murah karena tidak perlu pakai pemanas. Maka banyak hal lebih make sense dihitung secara tahunan bukan bulanan: konsumsi energi, tagihan, income, subscription, dll.


Chandra

After Storms


I changed company a couple of times so far and most of them happened around the middle of the year. Not that I tried to abuse 'notice after THR' trick, it's just happened quite often that I had contact with some recruiters around March, then having interview during Ramadhan, and sign the deal just before lebaran. I was once doing interview in rest area while travel for mudik.

Joining around the same time of the years multiple times means going the same onboarding pattern over and over again. First month is just trying to remember people's name. Second and third month starting to understand what needa to be done, what is the expectation, and how thing works. Then after that the real works began.

So it's usually around October when honeymoon period is over, people start expecting something from you, tickets are piling, and many things are coming at your direction. At this point I haven't really understand the whole thing yet but already need to get them done. The fact that this pattern comes couple of time already doesn't make me free from those anxiety and sleep difficulty.

But that too shall pass, now we're on December after stormy Oct and Nov. December is the month where everythings feels slowing down especially here in the Netherlands. People are taking vacation, management announced freeze period,  and holiday gitfs are handed out. Surely we got parcel on the end of the year, unlike in Indonesia where it is on lebaran. But the thing thay I'm very grateful for is when my manager gave me this note.


A personalized handwritten shout out on December make up for all the hardwork during the previous months. Yes she gave everyone a shout out, but still this one boost my confidence and make me feels that I belong here. This is something similar to getting 46/51 score one the first Matematika 1A midterm back in TPB. Figure that make me believe I can survive S1 ITB.

Speaking about TPB, in those years October was also a stormy months because we, first year people, need to go to the campus EVERY SATURDAY morning for UTS as we have neither dedicated UTS week nor minggu tenang, also there's not enough room to accomodate all TPBers to take the tests during workdays.


One more thing about this holiday parcel, I noticed that there's no christmas greeting on it, instead it's celebrating holiday. I am not sure if it is company's way to appreciate diversity or generally a Dutch culture. Eitherway it's a good touch eventhough we (me and an Indian colleague) has said in a chit chat that it's not a problem for us if you guys celebrate christmas, there are also Christian in our country celebrating it. 


Chandra

Sembilan Tahun


Sembilan tahun umur blog ini, banyak perubahan terjadi seiring pergantian fase hidup saya. Blog ini dulu dipakai untuk upload segalanya sebelum eranya instagram story. Lalu ada masanya blog ini dipakai untuk impress people, hanya menulis yang keren-keren dan cool (menurut standar saat itu). Pernah juga blog ini coba dimonetisasi walaupun hanya sebentar karena iklannya terlalu mengganggu, tidak sebanding dengan adsense yang didapatkan. Sempat juga blog ini diusahakan untuk menunjang karir profesional, karena itu juga rela memakai domain berbayar.


Ada kalanya saya berusaha menulis mengikuti kaidah SEO agar traffic naik. Kadang-kadang juga terpengaruh penulis yang sedang saya ikuti atau bacaan yang sedang saya baca, misalnya ingin sedikit komedi seperti Agus Mulyadi atau filosofis-romantis ala penulis-penulis muda yang naik daun beberapa tahun yang lalu. Ada juga pengaruh dari blog kanan kiri yang saling memengaruhi dan muncul di waktu-waktu tertentu. Kini saat ada di posisi yang cukup unik karena tinggal di luar negeri, ada dorongan untuk menulis gaya influencer yang informatif menceritakan segala aspek kehidupan di sini. Ya yang paling memungkinkan untuk saya memang lewat tulisan. Dengan penampilan yang kurang kamera friendly, aksen yang medok, dan bawaan minim percaya diri, jelas tidak cocok kalau mau memproduksi konten-konten visual. Mungkin nanti akan ke sana, tapi sekarang tipis-tipis dulu karena masih banyak sekali hal yang saya belum tahu. Sebisa mungkin jangan terjebak dunning-kruger.

Yang penting buat saya saat ini dan tidak berubah dari dulu adalah blog ini saya anggap sebagai health check, artinya kalau saya masih ngepost berarti saya baik-baik saja, masih up and running. Setiap tulisan bisa beda-besa intensi dan maksudnya, tapi kesemuanya adalah beacon yang memancarkan pesan 'hey aku di sini dan baik-baik saja'. Tidak selalu tulisan keluar dengan mudah dari kepala ke jari lalu ke layar, kadang-kadang harus sedikit dipaksa. Tapi karena sudah jadi seperti kebiasaan rasanya ada yang kurang kalau belum nulis dalam waktu lama. Secara teknis saya pindah dari menulis di laptop jadi menulis di handphone karena lebih praktis dan mudah dilakukan di mana saja: di kereta, sambil nunggu bis, sebelum tidur, dll.

Motivasi lain yang membuat saya keep going menghidupi blog ini adalah karena mendengar sebuah nasehat yang bunyinya kira-kira begini: di umur 25-30an sebaiknya punya setidaknya satu aktivitas yang dilakukan rutin tapi tidak bermotif finansial. Nasehat itu satu segmen dengan anjuran olahraga 150 menit per minggu, minum air putih, dan jangan begadang. Intinya nasehat dari orang umur 40an pada orang yang memasuki umur 25-30an. 

Kalau saya jago main musik mungkin saya akan jamming bikin-bikin lagu walaupun tidak untuk dirilis. Kalau saya jago gambar mungkin hobi saya gambar-gambar kartun di ipad. Balik lagi karena saya tidak jago keduanya, sepertinya nulis adalah hal paling mungkin dijadikan kebiasaan (dan paling murah untuk memulai). Waktu mulai dulu saya tidak mengira bisa betah mempertahankan blog ini sampai bertahun-tahun. Tentu makin kesini makin eman kalau mau berhenti. Ke depan cara dan gaya menulis saya tentu akan berubah terus dan yang lampau jadi tampak wagu (padahal saat ditulis terasa keren). Let's see seperti apa jadinya.


Chandra