Setelah berbulan-bulan low profile dalam hal keyakinan, akhirnya kemarin saya harus terus terang bilang. Di luar dugaan, ini justru memantik diskusi yang menarik.
Selama ini saya men-disguise salat saya di tempat kerja sebagai coffee atau toilet break. Pun saat lunch time di bulan puasa saya milih menyendiri di meeting room kosong atau tidur di parkiran. Waktu pergi umrah kemarin juga saya tidak bilang apa-apa jadi kebanyakan mengira saya sekedar pergi holiday ke middle east. Ketika balik dengan kepala gundul pun mereka kira itu hanya lucu-lucuan saja. Di tanah yang lebih dari setengah penduduknya tidak beragama, tidak mudah untuk secara terus terang menunjukkan kita memegang suatu keyakinan, apalagi Islam.
Sebenarnya tidak ada larangan untuk beribadah di tempat kerja, di 'AD/ART' pun diatur tempat dan waktu yang bisa dipakai karyawan yang perlu beribadah, otomatis berarti agama di-acknowledge di sini. Tapi pada prakteknya keyakinan tetap seperti sesuatu yang lebih baik disimpan sendiri. Keep it private.
Sampai akhirnya minggu lalu team manager mengagendakan farewell drink untuk melepas salah satu kolega yang akan resign. Acaranya di bulan puasa pukul 4 sampai 6 sore (buka di hari itu jam 7 malam). Saya datang, dan mau tidak mau bilang bahwa saya tidak pesan minum karena sedang puasa. Fine-fine saja, walaupun responnya bermacam-macam.
Jenis respon pertama adalah dari yang tahu bahwa saya muslim, tahu sekarang ini ramadhan, dan tahu bahwa bulan ini muslim berpuasa. Ada rekan yang beragama kristen tapi karena berasal dari Mesir dia tahu persis apa yang saya lakukan. Di hari pertama puasa pun ujug-ujug dia mengucapkan selamat ramadhan (dia sehari-hari pakai kalender hijri dan gregorian sekaligus). Dia juga sempat bekerja beberapa tahun di Arab Saudi sehingga saat umrah kemarin saya tanya beberapa hal terkait akomodasi dan visa ke dia, baik sekali.
Jenis respon kedua adalah yang tahu bahwa saya muslim karena berasal dari Indonesia, tapi belum familiar dengan ramadhan dan puasa. Jadi pertanyaan yang muncul adalah "are you also doing ramadhan?". Tentu ini pertanyaan yang sangat langka di Indonesia di mana hampir semua muslim doing ramadhan, bahwa ada bolong atau mokel itu urusan lain, minimal hatinya ramadhan. Dari situ kemudian berlanjut dengan beberapa pertanyaan teknis seperti "not even drinking?", "for how long?", "you feel tired?", atau becandaan "come on, windows are closed".
Jenis respon ketiga adalah yang tidak tahu bahwa saya muslim, tapi tahu soal puasa ramadhan. Ini dari teman-teman yang berasal dari negara dengan populasi muslim lumayan banyak seperti Nigeria. Ketika saya bilang fasting, dia tanya "are you moslem?", "yes" jawab saya. Ini bukan salah mereka kalau mereka tidak tahu banyak muslim di Indonesia, Indonesia memang the biggest invisible country in the world, negara besar tapi nggak kelihatan.
Jenis respon keempat adalah yang tidak tahu bahwa saya muslim dengan alsan yang sama seperti jenis ketiga, tapi juga tidak tahu apa itu ramadhan dan fasting. Tidak semua orang familiar atau pernah bersinggungan dengan Islam.
Di meja itu ada yang Kristen dengan berbagai denominasinya, Islam, agnostik, dan atheist. Di tim ini sebenarnya ada Buddha juga tapi tidak hadir karena sedang parental leave. Keberagaman bukan hanya soal keyakinan, dari aspek yang lain ada kolega yang meat-eater, vegetarian, dan vegan. Menyala gak tuh diskusinya, padahal jumlahnya tidak sampai 15 orang.
Dari sana saya jadi tahu bedanya vegetarian dan vegan: vegetarian masih makan telur dan minum susu sementara vegan secara total menghindari konsumsi hewani. Saya juga jadi tahu soal konsep registered partnership di Belanda. Jadi di sini pasangan tidak harus menikah untuk tinggal bersama, cukup dengan mendaftarkan partnershipnya mereka punya hak legal yang sama dengan pasangan menikah termasuk perkara pajak, anak, tempat tinggal, dll. Banyak fakta menarik yang baru saya tahu, seperti ternyata tidak semua negara mencantumkan kolom agama di KTP-nya, pentingnya family name bagi orang barat, dan pengalaman pasangan non-menikah yang mengalami kesulitan ketika mau checkin hotel di beberapa negara.
Farewell drink itu akhirnya bablas sampai jam 7 lebih. Saya akhirnya sempat berbuka di sana dengan memesan secangkir teh hangat. Karena pada akhirnya semua sudah tahu bawah saya muslim, beberapa hari kemudian ketika saya menginfokan bahwa akan ambil cuti tanggal 28 dan 31 Maret, saya bilang bahwa "for me this is the end of ramadan and I will have eid al fitr, I'm taking day off for that.
Selamat Hari Raya Idul Fitri
Mohon Maaf Lahir dan Batin
Eid Mubarak
Chandra
Gambar hanya pemanis, suatu hari sebelum bulan puasa ada bagi-bagi sandwich di kantor, ada beberapa opsi seperti rosi isi sosis, keju, dan bacon. Untungnya mereka juga menyiapkan 'sate' buah untuk teman-teman vegan. Saya macak vegan supaya aman dan minta buah, another jalan tengah antara lingkungan dan keyakinan